TEMPO.CO, Jakarta - Standard Chartered berencana melepaskan kepemilikan saham di PT Bank Permata Tbk. Belum ada keterangan resmi mengenai jumlah saham yang akan dilepas
Baca: PermataBank Dapat Penghargaan The Asian Banker
Group Chief Executive Standard Chartered Bill Winters mengatakan rencana tersebut merupakan bagian dari upaya untuk merombak bisnis secara fundamental selama tiga tahun terakhir. Strategi tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja agar tumbuh dua digit pada 2021.
"Mengurangi hambatan bisnis akibat capaian kinerja yang rendah dari beberapa pasar, termasuk India, Korea, UEA, dan Indonesia," kata Winters dalam keterangan resmi yang dipublikasikan di situs Standard Chartered, Selasa, 26 Februari 2019.
Standard Cartered saat ini menggenggam 44,56 persen saham Bank Permata. Demikian pula, PT Astra International Tbk. juga memiliki jumlah saham yang sama. Sementara itu, sisa saham dimiliki oleh publik.
Dalam kesempatan sebelumnya, PT RHB Sekuritas menilai Mizuho Financial Group (MFG) akan menjadi pembeli potensial saham emiten saham Bank Permata berkode saham BNLI tersebut. Mizuho telah lama memasang mata ke industri perbankan Tanah Air.
“Kami yakin pemegang saham mayoritas Bank Permata, Astra dan Standard Chartered terbuka terhadap kemungkinan divestasi,” kata analis RHB Sekuritas Alvin Baramuli dalam keterangan tertulis, 21 Januari 2019.
Dalam riset yang dilakukan 20 Desember 2018, Alvin menjelaskan bahwa investasi yang digelontorkan pemegang saham pengendali (PSP) akan lama mencapai titik impas. Pasalnya emiten berkode saham BNLI membukukan pendapatan kurang dari Rp1 triliun.
Baca: Bank Permata Catat Laba Bersih Rp 748 Miliar
Lebih Alvin juga menjabarkan bahwa valuasi BNLI tergolong murah dibandingkan dengan bank besar lain. Dengan kondisi Bank Permata saat ini, pemegang saham dapat melepas kepemilikan itu di bawah satu kali nilai buku atau 1x PBV (price to book value).