TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap beberapa tantangan perekonomian yang mesti dihadapi Indonesia pada 2019. Dia mengatakan tantangannya mungkin akan berbeda antara 2019 dengan tahun 2018.
Baca: Sri Mulyani Pastikan THR dan Gaji Ke-13 Cair di Bulan Mei 2019
"Bukan berarti 2018 lebih sulit dari 2019 atau malah sebaliknya. Situasinya mungkin tidak ada kenaikan suku bunga, seperti Federal Reserve. Namun, ancamannya sekarang berubah," kata Sri Mulyani saat memberikan keynote speech di acara Kadin Entrepreneurship di Hotel Shangri La, Rabu 27 Februari 2019.
Seperti diketahui sebelumnya, pada tahum 2018 Indonesia menghadapi banyak tantangan terutama dari faktor eksternal yang ikut mempengaruhi kondisi ekonomi domestik. Beberapa hal yang ikut mempengaruhi seperti tingkat suku bunga di Amerika Serikat, perang dagang antara Cina dengan Amerika Serikat hingga isu Brexit dan kondisi ekonomi di Amerika Latin.
Tahun ini, Sri Mulyani mengatakan tantangan masih akan berkaitan dengan faktor eksternal yang masih sulit diprediksi. Misalnya seperti hubungan Amerika Serikat dengan Cina. Kendati demikian, saat ini hubungan keduanya mulai mengarah adanya perbaikan.
Salah satunya, terlihat dari adanya rencana presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mengundang Presiden Cina Xi Jinping di tempat peristirahatan. Ada pula, pertemuan Trump ketemu dengan pemimpin Korea utara, Kim Jong Un di Vietnam. "Itu berarti tanda-tanda baik dan berarti geopolitiknya adem," kata dia.
Karena itu, menurut mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini, setiap tahun tema ancaman akan selalu berubah. Untuk mengantisipasi hal itu, pemerintah akan membuat kebijakan yang fleksibel dengan adanya perubahan tersebut.
Kemudian untuk mengantisipasi berbagai tantangan itu, pemerintah juga akan fokus pada penguatan ekonomi dalam negeri. Seperti penguatan ekspor dan menambah investasi yang ada.
Baca: Sri Mulyani: Go-Jek dan Bukalapak Berhasil karena Fokus Hal Kecil
Selain itu, pemerintah pun akan bersiap jika masih akan menghadapi kondisi pergerakan tingkat suku bunga global tahun ini. "Tapi dinamika dalam negeri seperti konsumsi masih cukup kuat, jadi masih balance," kata Sri Mulyani.