TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tengah menyiapkan tiga strategi untuk mengatasi harga komoditas karet yang terus anjlok. Dia mengatakan tiga strategi ini merupakan kesepakatan dari forum internasional Special Ministerial Committee Meeting of the International Tripartite Rubber Council (ITRC).
"Tiga kebijakan ini berupa pengaturan jumlah ekspor karet alam, peningkatan penggunaan karet alam di dalam negeri, dan peremajaan (replanting) karet alam," kata Darmin saat mengelar konferensi pers di kantornya, Senin 25 Februari 2019.
Sebelumnya, harga karet alam di pasar berada di level rendah sepanjang 2018 hingga awal 2019. Harga yang anjlok ini merupakan akibat sentimen negatif dari pasar terutama akibat ketidakpastian ekonomi global.
Pada penutupan perdangan hari ini Senin 25 Februark 2019 harga karet tercatat berbalik menguat. Berdasarkan data Bloomberg, seperti dikutip dari Bisnis.com, harga karet untuk kontrak teraktif Juli 2019 di Tokyo Commodity Exchange (Tocom) ditutup melonjak 3,20 persen ke di level 199,80 yen per kg dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Penguatan itu didongkrak oleh ekspektasi tercapainya perundingan perdagangan yang produktif antara Amerika Serikat (AS) dan China. Padahal pada perdagangan Jumat 22 Februark 2019 harga karet kontrak Juli berakhir di level 193,60 dengan pelemahan 1,50 poin atau 0,77 persen.
Adapun pada 22 Februari 2019, tiga Negara, salah satunya Indonesia, menginisiasi pertemuan ITRC. Dalam pertemuan yang digelar di Bangkok, Thailand tersebut disepakati adanya tiga pilar untuk merespon harga karet yang terus merosot.
Ketiganya adalah mekanisme Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) untuk jangka pendek melalui pengaturan ekspor. Untuk jangka menengah, negara-negara itu sepakat memaksimalkan penggunaan karet dalam negeri melalui kebijakan Demand Promotion Scheme (DPS). Serta jangka panjang melalui peremajaan karet alam melalui Supply Management Scheme (SMS).
Darmin menjelaskan, skema jumlah ekspor karet alam akan mulai dikurangi sekitar 300 ribu metric on (MT) untuk jangka waktu tiga bulan ke depan. Namun, rencana pengurangan ekspor ini masih menunggu implementasi lewat pertemuan lanjutan pada 4 Maret 2019 di Thailand.
"Saya harap ini bisa secepatnya, jika setelah pertemuan itu dilakukan sudah bisa diterapkan tentu bakal lebih baik," kata Darmin.
Sementara itu, di pasar domestik penggunaan karet paling banyak dimanfaatkan oleh industri ban. Sedangkan di sektor lain, utilisasi karet alam terdapat pada proyek-proyek infrastruktur, seperti jalan provinsi dan kabupaten, damper jalur rel, pemisah jalan dan bantalan jembatan.