TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan angka lifting minyak dan gas bumi (migas) nasional tahun ini bakal mencaai 2,02 juta barel oil per day (BOEPD). Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengaku optimis meski target ini melebihi target tahun sebelumnya.
BACA: Produksi Pertamina Hulu Energi per September 2018 Lampaui Target
“Semua usaha akan kami lewati. Untuk produksi dari lapangan-lapangan migas eksisting berusaha dilakukan peningkatkan produksi,” kata Arcandra seperti dikutip dari situs setkab.go.id, Sabtu 23 Februari 2019.
Adapun, sepanjang tahun 2018 kemarin, realisasi lifting migas hanya mencapai angka 1,92 juta barel per hari dari target 2 juta barel per hari. Angka ini setara minyak atau sebesar 95,85% dari yang ditargetkan dalam APBN dan juga turun 3,42% dari realisasi tahun sebelumnya.
Archandra menjelaskan untuk mencapai target itu, dirinya telah menyiapkan tiga strategi. Ia mengklasifikasikan strategi menggenjot produksi migas tersebut dalam tiga tahapan, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
BACA: Juli 2018, Sri Mulyani: Realisasi Lifting Minyak Lebih Rendah
Menurut Archandra, strategi jangka pendek dalam 2 sampai 3 tahun mendatang adalah dengan cara fracturing dan balace driling untuk mempercepat produksi dari lapangan migas yang existing. Sedangkan untuk jangka menengah, pemerintah tengah menggalakkan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk aset yang produktif.
“Pertamina akan aktif di sini. Tapi waktunya agak lama bisa 7 sampai 10 tahun baru mendapatkan respons,” kata Arcandra.
Sementara itu, metode jangka panjang yang diterapkan pemerintah akan ditempuh dengan cara melakukan eksplorasi lapangan migas. Pemerintah pun berharap kegiatan eksplorasi ke depan rasio keberhasilannya di atas 20 persen atau setiap lima kali eksplorasi baru sehingga berhasil ditemukan satu cadangan baru.
Apalagi, saat ini pemerintah telah memiliki cukup dana untuk menopang eksplorasi atau penemuan lapangan baru. Jumlah dana tersebut ada dalam bentuk komitmen kerja pasti kontrak kerja sama sistem gross split sebesar USD 2,1 miliar, dimana sebesar USD 1,1 miliar diantaranya bisa digunakan untuk kegiatan eksplorasi.
Baca berita tentang Migas lainnya di Tempo.co.