TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan atau IHSG terpantau melemah pada perdagangan hari ini. Pelemahan ini terjadi sehari setelah pengumuman Bank Indonesia atau BI mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen.
Baca: Faisal Basri Minta Pemerintah dan BI Waspadai Capital Outflow
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 8 poin atau 0,06 persen ke level Rp 14.079 per dolar AS pada hari ini, Jumat, 22 Februari 2019 pukul 08.04 WIB.
Kurs rupiah sebelumnya dibuka terdepresiasi 7 poin atau 0,05 persen di level Rp 14.078 per dolar AS, melanjutkan pelemahan yang dibukukan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Kamis sebelumnya, rupiah berakhir melemah 27 poin atau 0,19 persen di posisi Rp 14.071 per dolar AS seiring dengan bangkitnya dolar AS dari pelemahan.
Sementara itu IHSG tergelincir turun ke zona merah pada awal perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG terpantau melemah 0,31 persen atau 20,04 poin ke level 6.517,72 pada pukul 09.14 WIB, setelah dibuka turun 0,30 persen atau 19,58 poin di level 6.518,19.
Sepanjang perdagangan pagi ini, IHSG bergerak di level 6.514,01 – 6.530,22. IHSG tergelincir setelah mampu berakhir menguat 0,38 persen atau 24,98 poin di level 6.537,77 pada perdagangan Kamis kemarin.
Tujuh dari sembilan sektor bergerak di zona merah pagi ini, dipimpin sektor industri dasar (-0,94 persen) dan konsumer (-0,58 persen). Adapun sektor tambang dan perdagangan bergerak positif dengan masing-masing naik 0,42 persen dan 0,4 persen.
Sebelumnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen. Selain itu suku bunga Deposit Facility dipatok di level 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal, khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan pada batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset domestik.
Baca: Cadangan Devisa Turun, BI: Terutama Untuk Bayar Utang Pemerintah
BI juga terus menempuh operasi moneter untuk meningkatkan ketersediaan likuiditas dalam mendorong pembiayaan perbankan. Ke depan, kata Perry, BI akan menempuh kebijakan makro prudentsial akomodatif dan penguatan sistem pembayaran dalam rangka memperluas pembiayaan ekonomi.
BISNIS