TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden inkumben Joko Widodo alias Jokowi berjanji akan menggenjot bauran minyak kelapa sawit dalam program Biodiesel 20 persen alias B20 menjadi B100. Janji itu disampaikan dalam Debat Capres kedua di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Minggu, 17 Februari 2019.
Simak: Darmin Targetkan Realisasi B20 96 Persen pada Februari 2019
“Kami ingin sedang menuju B100, agar 30 persen dari total produksi kelapa sawit Indonesia masuk ke biofuel, ini sudah rigid dan jelas agar kita tidak ketergantungan akan impor BBM,” kata dia.
Program B20 telah diluncurkan Jokowi sejak 1 September 2019, lalu seperti apa dampaknya pada neraca perdagangan migas Indonesia?
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat, 15 Februari 2019, baru saja merilis data ekspor impor Indonesia sepanjang Januari 2019. Dari data itu, impor migas (Minyak Mentah, Hasil Minyak, dan Gas) ternyata terus menurun. Dari US$ 2,29 miliar pada September 2018 menjadi US$ 1,69 miliar pada Januari 2019.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas Indonesia ternyata terus berkurang sejak semenjak program Biodiesel 20 persen alias B20 diluncurkan pada 1 September 2019. Jika pada September 2018 defisit mencapai US$ 1 miliar, maka pada Januari 2019 hanya tercatat US$ 45 juta saja atau berkurang hampir separuhnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pun pada hari yang sama mengklaim bahwa penurunan ini terjadi karena dampak program B20. “Artinya kebijakan B-20 ada pengaruhnya terhadap neraca perdagangan migas,” kata Darmin di Gedung Kemenko Perekonomian.