TEMPO.CO, Jakarta - Persoalan unicorn alias perusahaan rintisan (start-up) yang berhasil mencapai valuasi US$ 1 miliar mencuat usai Debat Capres kedua yang digelar Minggu malam, 17 Februari 2019. Dalam debat ini, calon presiden inkumben Joko Widodo alias Jokowi menanyakan kebijakan pesaingnya, Prabowo Subianto untuk mengembangkan unicorn Indonesia.
Simak: Sri Mulyani Sebut Ancaman Startup Sebelum Jadi Unicorn, Apa Saja?
Prabowo menyebutkan bahwa pengembangan unicorn juga harus diwaspadai agar tidak mempercepat dana dari Indonesia lari ke luar negeri. "Ini yang saya khawatir. Ya silakan Anda ketawa tapi ini masalah bangsa kekayaan Indonesia tidak tinggal di Indonesia," kata dia. Hanya saja, Prabowo tidak menjelaskan lebih detail bagaimana proses unicorn berperan dalam larinya dana Indonesia ke luar negeri.
Saat ini, empat dari tujuh unicorn yang ada di Asia Tenggara diketahui berasal dari Indonesia yaitu Go-Jek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia. Gojek dan Traveloka berbasis transportasi, sedangkan Bukalapak dan Tokopedia merupakan marketplace e-commerce yang populer di Indonesia, bersaing dengan yang lain seperti Blibli, Shopee, hingga Lazada Indonesia.
Berikut di antara beberapa fakta terkait unicorn Indonesia yang saat ini terus berkembang menuju decacorn yaitu perusahaan dengan valuasi US$ 10 miliar:
- 90 persen e-commerce adalah produk impor
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan 90 persen dari produk yang dijual di seluruh marketplace perdagangan online atau e-commerce Indonesia adalah barang impor. Meski industri e-commerce tumbuh pesat, peran dari produk lokal ternyata masih sangat kecil. "Produk dalam negeri hanya 10 persen," kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih saat ditemui di acara 9.9 Super Shopping Day di Jakarta Pusat, Selasa, 4 September 2018.
- Modal asing terus mengalir
Sudah menjadi tren beberapa tahun terakhir bahwa startup lokal Indonesia terus mendapat suntikan modal dari investor asing. Awal Februari 2019, yaitu Go-Jek yang mendapatkan suntikan dana dari modal asing yaitu Google asal Amerika Serikat, JD.com dan Tencent asal asal Cina pada pendanaan seri F pada awal Februari 2019 mencapai US$ 1 miliar. Sementara pertengahan Januari 2019, Bukalapak juga lebih dulu mendapat aliran investasi asing sebesar US$ 50 juta dari Mirae Asset Daewoo-Naver Asia Growth Fund, perusahaan investasi asal Korea Selatan.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan pemerintah tetap memberi larangan investasi asing bagi perusahaan digital dengan modal di bawah Rp 10 miliar. Larangan itu bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi sektor Usaha Makro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal.
Akan tetapi bagi start up raksasa unicorn (valuasi mencapai US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun), kata Thomas, semakin banyak aliran modal akan semakin baik. "Karena mereka harus naik kelas," ujarnya, 6 Februari 2019.