TEMPO.CO, Jakarta - Kedua pasangan kandidat Pemilu Presiden 2019, Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto ternyata sama-sama mendukung penggunaan kelapa sawit sebagai bahan bakar biodiesel ataupun biofuel. Dukungan itu disampaikan dalam Debat Calon Presiden (Debat Capres) kedua yang diselenggarakan di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Minggu, 17 Februari 2019.
Baca: Debat Capres Kedua, Prabowo Bakal Ungkit Soal Air Bersih
“Kelapa sawit itu komoditas penting, ini menjanjikan karena kita dapat menggunakan kelapa sawit untuk biodiesel dan biofuel,” kata Prabowo. Kebijakan ini, kata dia, harus diambil karena Indonesia dalam waktu dekat akan menjadi net importir BBM (Bahan Bakar Minyak) 100 persen.
Tapi, Prabowo mengkritik capaian Indonesia dalam upaya konversi kelapa sawit menjadi bahan bakar energi dalam kebijakan campuran biodiesel 20 persen alias B20. Prabowo membandingkannya dengan Brazil yang bisa mencapai B90.
Mendengar hal itu, Jokowi mengatakan bahwa produksi kelapa sawit Indonesia saat ini sudah mencapai 46 juta ton per tahun dengan melibatkan 16 juta petani. Nah, pemerintah sudah mulai kebijakan B20 untuk menekan impor BBM dengan realisasi program sebanyak 98 persen.
“Kami ingin sedang menuju B100, agar 30 persen dari total produksi kelapa sawit Indonesia masuk ke biofuel, ini sudah rigid dan jelas agar kita tidak ketergantungan akan impor BBM,” ujarnya.
Saat diminta menanggapi, Prabowo mengatakan bahwa dirinya mendukung setiap usaha yang mengarah pada kemandirian energi, termasuk kebijakan-kebijakan dari Jokowi. “Tapi kami koreksi kalau ada kekurangan, ini diskursus yang sehat,” kata Prabowo.
Berbeda dengan Jokowi, Prabowo mengatakan bahwa dirinya tidak akan hanya mengandalkan biodiesel dari sawit, namun juga dari komoditas lainnya. Di antaranya yaitu tanaman seperti aren, singkong, bahkan gula. Itu semua dilakukan agar Indonesia bisa mandiri secara energi dan tidak lagi tergantung pada impor.