TEMPO.CO, Jakarta -Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahudin Uno mengaku prihatin atas ditutupnya kilang minyak di Bojonegoro. Ia mengaku ikut membangun kilang di daerah sini.
BACA: Petani Bawang Subkhan akan Laporkan Guntur Romli ke Polisi
”Saya prihatin kilang minyak ditutup. Padahal membangun kilang susah setengah mati,” ujar Sandiaga di sela-sela acara olahraga di Alon-alon Kota Bojonegoro, Jumat 15 Februari 2019.
Menurut Sandiaga, kilang minyak yang ditutup itu murni ditangani secara profesional. Apalagi kilang minyak ini investasinya sudah ratusan juta dolar. Kemudian ada 600 karyawan lebih dan hal itu sebagai kekayaan Bojonegoro.
Karena kilang tersebut salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah cukup besar untuk Kabupaten Bojonegoro. Namun karena ketidakmampuan pemerintah dalam mengambil kebijakan tegas, sehingga kilang minyak berhenti beroperasi. ”Kilang itu salah satu kekayaan Bojonegoro,” tegasnya tanpa menyebut nama kilang minyak yang ditutup.
BACA: Hoax Surat Subkhan, Fadjroel dan Guntur Romli Dilaporkan Polisi
Padahal, lanjut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini, membangun kilang minyak susah setengah mati. Makanya, yang ada saja tidak diberdayakan. Ke depannya, dirinya bersama Prabowo harus lakukan langkah reformasi. Yaitu akan memisahkan, mana yang keputusan politik, mana yang keputusan untuk swasembada migas.
Sandiaga mengusulkan untuk menghidupkan kembali kilang minyak di Bojonegoro, sehingga ada lapangan kerja kembali. “Jadi kalau dahulu memang masalahnya karena saya pernah punya saham di sana (kilang minyak) dan karena perbedaan politik, maka saya sampaikan dan silakan Pemerintah Bojonegoro beli. Ambil alih,” tandas putra dari pengusaha Mien Uno ini.
Di Bojonegoro, kilang minyak yang pernah ditutup adalah PT Tri Wahana Universal (PTTWU), yang berlokasi di Dusun Celangkap, Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro. Kilang minyak swasta tersebut berhenti beroperasi terhitung 31 Januari 2018 silam.
Sebelum berhenti beroperasi PT TWU melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawannya terhitung hari ini, 27 Maret 2018. Jumlah karyawan tetap yang di-PHK sekitar 150 orang, dan juga pekerja tidak tetap 500 orang lebih.
Perusahaan kilang mini milik swasta ini beroperasi mulai 2011. Kemudian sempat berhenti beroperasi sekaligus menyetop produksi pada Januari 2016. Penyebabnya ketika itu harga minyak mentah yang labil sehingga perusahaan rugi. Kemudian perusahaan dengan kapasitas 18 ribu barel per hari itu pun beroperasi kembali. Namun, perusahaan ini kembali berhenti dan terakhir resmi mem-PHK karyawan tetapnya.
Rudi Tavinos yang menjabat sebagai Direktur Utama PT TWU saat itu—ketika dihubungi sedang ibadah umroh di Makkah.”Maaf saya sedang umroh. Gak bisa diganggu,” ujarnya saat dihubungi Jumat 15 Februari 2019.
Namun dalam wawancaranya dengan Tempo 1 April 2018 Rudi Tavinos mengatakan, perusahaannya berhenti beroperasi karena harga minyak mentah yang naik drastis US$ 6 per barelnya. Kenaikan bahan baku minyak mentah yang sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 4028 K/12/MEM/2017 ini, mengakibatkan bisnis minyak yang dikelola PT TWU tidak ekonomis. Terpaksa manajemen perusahaan kilang swasta ini berhenti produksi. ”Tinggi kenaikan harga bahan bakunya,” ucapnya.
Baca berita tentang Sandiaga lainnya di Tempo.co.