TEMPO.CO, Bandung - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan sedang menjajaki ekspor beras ke lima negara. “Sekarang sudah ada pembicaraan untuk rencana lima negara menerima, membeli beras dari Indonesia,” kata dia di Bandung, Rabu, 13 Februari 2019.
BACA: Jokowi Perintahkan Bulog Serap Jagung saat Panen Februari
Namun Budi Waseso menolak merinci negara-negara tersebut. Menurut dia, rencana ekspor beras baru akan dilaksanakan Bulog jika serapan beras sudah melebihi target yang dipatok. Target itu mengikuti kapasitas daya tampung gudang Bulog. “Kami akan serap 1,8 juta ton (beras). Kalau lebih dari itu, maka kemampuan gudang Bulog tidak ada,” kata dia.
Rencana ekspor beras tersebut sengaja untuk memastikan Bulog terus menyerap beras panen petani dalam kondisi gudang penuh. “Bagaimana caranya untuk serapan yang melebihi itu tadi, perhitungan kami maka akan ekspor dan ini sudah ada beberapa negara (berminat membeli),” kata Budi Waseso.
Dia mengatakan, strategi ekspor itu sengaja untuk memastikan harga petani tidak jatuh saat panen raya dan produksi beras melimpah. Bulog juga menyerap beras petani kendati gudang sudah penuh untuk memastikan harga pembelian padi petani tidak jatuh.
Produksi beras saat panen melimpah. Tapi situasi itu malah merugikan petani karena harga biasanya jatuh. “Beras yang melimpah itu membuktikan program pertanian atau swasembada pangan berhasil, nah sekarang bagaimana keberhasilan itu tidak merugikan masyarakat petani, dan tetap memberi semangat masyarakat petani. Kita memberikan jalan untuk petani mendapat kesejahteraan dari hasil pertaniannya,” kata dia.
Dia mengaku belum bisa memastikan potensi volume ekspor beras dari kelebihan serapan padi petani. “Nanti kita lihat. Perkiraan-perkiraan kita lihat. Intinya, di kala kelebihan 100 ribu ton, itu akan kita ekspor. Kelebihan 50 ribu ton, ya 50 ribu ton kita ekspor,” kata Kepala Bulog Budi Waseso.