TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluo yakin kebijakan yang telah digulirkan untuk menjaga daya tarik investasi dalam aset keuangan domestik bisa menarik aliran modal ke pasar dalam negeri, sekaligus memperbaiki defisit neraca pembayaran 2018 yang tembus hingga US$ 7,13 miliar.
Baca juga: Triwulan IV 2018, BI: Neraca Pembayaran Surplus US$ 5,4 Miliar
Menurut Dody, defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) 2018 disebabkan tekanan di pasar keuangan yang membuat arus modal asing yang masuk ke dalam negeri menurun pada kuartal I-III. Hal ini dipicu oleh kondisi eksternal yang kurang mendukung. "Namun, kebijakan untuk menjaga daya tarik investasi dapat kembali menarik investasi tersebut masuk kembali ke domestik," ujar Dody, Jumat, 8 Februari 2019.
Buktinya, kata dia, transaksi modal dan finansial sepanjang kuartal IV/2018 kembali meningkat. Sejalan dengan itu, pergerakan nilai tukar terus menguat sejak Oktober 2018. Dia menegaskan BI dan pemerintah tidak akan tinggal diam.
Keduanya, kata Dody, terus akan memperkuat koordinasi untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan menuju kisaran 2,5 persen pada akhir 2019. "Indikator makro masih cukup kuat. Defisit transaksi berjalan memang tidak segera turun, namun pemerintah dan BI masih terus fokus pada langkah pengendalian defisit transaksi berjalan tersebut," tegas Dody.
BI bersama pemerintah akan mendorong keberlanjutan reformasi struktural untuk memperbaiki daya saing dan meningkatkan nilai tambah ekspor barang dan jasa. "Hal ini diharapkan dapat menjadi faktor penarik aliran dana masuk baik dalam bentuk direct investment maupun portofolio investment," ungkap Dody.
BI sebelumnya mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) defisit sebesar US$ 7,1 miliar. Dalam komponen NPI sebenarnya terdapat surplus dari neraca transaksi modal dan finansial sebesar US$ 25,2 miliar yang disebabkan masih banyaknya investor global yang membeli instrumen obligasi pemerintah, obligasi koporasi dan juga saham emiten di pasar Indonesia. Namun, dalam komponen NPI, terdapat defisit US$ 31,1 miliar untuk neraca transaksi berjalan, yang merupakan imbas dari defisit neraca perdagangan barang, jasa dan juga pendapatan primer.
BISNIS