TEMPO.CO, Jakarta - Head of Corporate Finance PT Jasa Marga (Persero) Tbk Eka Setya Adrianto memastikan bahwa perhitungan tarif Tol Trans Jawa telah dilakukan berdasarkan kajian yang matang. Berbagai aspek dihitung dalam tarif tol, mulai dari kemampuan konsumen membayar hingga keseimbangan harga antara pengguna jalan dan investor.
BACA: Cikal Bakal Pembangunan Tol Trans Jawa Sudah Dimulai Sejak 1978
"Jadikan itu pilihan kalau mereka merasa mahal lewat luar kalau merasa advantage lewat dalam," kata Eka saat ditemui dalam diskusi di Menara BCA, Jakarta Pusat, Kamis, 7 Februari 2019.
Pemerintah bersama operator, salah satunya Jasa Marga, telah menetapkan tarif Tol Trans Jawa dari Merak, Banten hingga Pasuruan, Jawa Timur. Sebagai contoh, kendaraan golongan I dikenai tarif total Rp 775.500 untuk jarak terjauh dari Merak hingga Pasuruan. Sementara dari Jakarta ke Surabaya yaitu sebesar Rp 660.500.
Bagi Jasa Marga, kata Eka, Tol Trans Jawa mampu memangkas waktu perjalanan dengan sangat signifikan sehingga potensi pendapatan bisa menjadi dua kali lipat. Sebab, kendaraan bisa bolak balik dengan lebih cepat sehingga dinilai bisa menyeimbangkan biaya yang dikeluarkan. "Jadinya kalau hidup itu jangan mikirin reduce cost terus, tapi how to increase the revenue and then net incomenya naik."
Eka mengatakan bahwa waktu tempuh dari Merak ke Pasuruan sebelumnya bisa mencapai 21 jam 38 menit untuk kendaraan pribadi dan 28 jam 3 menit untuk kendaraan barang. Tapi dengan adanya Tol Trans Jawa, waktu tempuh bisa dipangkas menjadi hanya 11 jam 42 menit dan 15 jam 38 menit. "Tapi teman-teman lagi kajian, tapi kami menerima masukkan dari pengguna jalan, kami jadikan itu catatan."
Sejumlah pihak mengkritik mahalnya tarif jalan tol Trans Jawa. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi mengatakan tarif tol Trans Jawa masih dinilai mahal baik untuk kendaraan pribadi maupun angkutan truk. Akibatnya volume trafik di jalan tol Trans Jawa masih sepi dan lengang, seperti bukan jalan tol, terutama selepas ruas Pejagan.
"Oleh karena itu, usulan agar tarif tol Trans Jawa dievaluasi atau diturunkan, menjadi hal yang rasional. Masih sepinya jalan tol Trans Jawa, jelas dipicu oleh tarif tol yang mahal," kata Tulus dalam keterangan tertulis, Kamis, 7 Februari 2019.
Suhendra Ratu Prawiranegara, Juru Bicara BPN Prabowo-Sandiaga juga mengatakan tarif tol di Indonesia merupakan tarif tol termahal di Asia Tenggara. Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum 2005-2009 ini merinci rata-rata tarif tol di Indonesia berkisar Rp1.300 hingga Rp1.500 per kilometer.
Sementara itu di negara-negara tetangga, seperti Singapura Rp778/km, Malaysia Rp492/km, Thailand dalam kisaran Rp440/km, Vietnam dalam kisaran Rp1.200/km, dan Filipina Rp1.050/km. "Dengan merujuk fakta dan angka diatas, bukan hal yang aneh jika para pengguna jalan tol di Indonesia protes atas tarif tol yang mahal".
“Tarif tol trans Jawa bisa mencapai Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta rupiah. Ini tentu membuat para pengusaha logistik menjerit. Mereka sudah lakukan protes kepada pemerintah. Pemerintah melalui kementerian yang berwenang berupaya merevisi besaran tarif. Ini bukti pemerintah mengakui tarif tol Trans Jawa kemahalan,” kata Suhendra dalam pernyataan pers Media Center Prabowo-Sandi, Kamis, 7 Februari 2019.
FAJAR PEBRIANTO I HENDARTYO HANGGI I BISNIS