TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Bhima Yudhistira, memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2018 mencapai 5,15 persen.
Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Jadi Andalan Pertumbuhan Ekonomi 2018
"Pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga," ujar dia kepada Tempo, Rabu, 6 Februari 2019. Bhima menyebut pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan berada di kisaran 5 persen.
Sementara itu, kata Bhima, belanja pemerintah meskipun porsinya hanya 9,5-10 persen dari Produk Domestik Bruto memainkan peran penting sepanjang tahun 2018. Belanja infrastruktur, belanja sosial PKH, dana desa serta belanja persiapan pemilu masih diharapkan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.
Hanya saja, Bhima menyoroti tantangan pertumbuhan ekonomi tahun lalu kini berada pada komponen net ekspor yang melemah akibat efek perang dagang, penurunan harga komoditas perkebunan, dan tingginya impor Bahan Bakar Minyak. "Kinerja investasi pun sulit untuk diandalkan karena data realisasi investasi hanya tumbuh 4,1 persen year-on-year sepanjang 2018."
Senada dengan Bhima, Ekonom dari Samuel Aset Menejemen Lana Soelistianingsih menyebut konsensus memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,1 persen. "Di antara komponen pembentuk PDB, 3 komponen yaitu konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, dan investasi memberikan efek ekspansi," ujar dia.
Sementara itu, net import Indonesia memberi efek kontraksi terhadap pertumbuhan. "Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,08 persen sampai dengan 5,12 persen untuk 2018."
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu bisa mencapai kisaran 5,15 persen atau di bawah asumsi dalam APBN 2018 sebesar 5,4 persen.