TEMPO.CO, Kupang - Manajemen PT Waskita Karya, yang sedang membangun paket satu bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), menyatakan hujan menjadi kendala utama dalam pembangunan bendungan terbesar di NTT itu.
Baca juga: PUPR Bangun 9 Bendungan Senilai Rp 21 Triliun pada 2019
"Sejauh ini hujan menjadi gangguan yang selalu menjadi kendala bagi kami dalam membangun bendungan Temef," kata Manager Proyek Pembangunan Bendungan Temef Paket Satu PT Waskita Karya Agasi Yudho B di Kupang, Rabu, 6 Februari 2019.
Bendungan Temef adalah satu dari tujuh bendungan yang menjadi program pembangunan infrastruktur Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla di NTT.
Saat ini sudah ada dua bendungan yang sudah beroperasi yakni Bendungan Rraknamo di Kabupaten Kupang, dan satu lagi adalah Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu.
Sementara Bendungan Napunggete di Kabupaten Sikka saat ini masih dalam proses pembangunan, dan sisa bendungan yang lain saat ini masih dalam tahapan pembahasan untuk dibangun.
Agasi menambahkan bahwa bendungan yang nantinya akan menjadi sumber air baku dan mengairi lahan irigasi seluas 10.000 hektare itu akan membantu masyarakat di kabupaten itu dan sekitarnya. "Ada beberapa desa yang nantinya dapat menikmati manfaat dari bendungan yang mampu menampung air hingga 45 juta meter kubuk itu," ujar dia.
Air dari bendungan itu juga dapat dinikmati juga oleh warga di Kabupaten tetangga yakni kabupaten Timor Tengah Utara.
Ia menambahkan bendungan dengan panjang 550 meter dan tinggi 55 meter itu dikerjakan dua BUMN Karya yakni PT Waskita Karya dan PT Nindya Karya yang terbagi dalam paket satu dan paket dua.
Pembangunan bendungan itu juga berdampak pada beberapa permukiman di daerah itu, namun sudah diganti rugi dan sudah direlokasi juga.
Tidak hanya itu, ia menambahkan manfaat bendungan yang sedang dikerjakan itu tak hanya bermanfaat bagi irigasi semata, tetapi juga kata dia sebagai pengendali banjir yang sering terjadi di Kabupaten Malaka.
ANTARA