TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memaparkan studi yang tidak hanya mencari kesalahan kelapa sawit. Studi tersebut dibuat oleh Erik Meijaard dari International Union for Consevation of Nature atau IUCN.
BACA: Hampir Sebulan Kapal Bermuatan Minyak Sawit Belum Ditemukan
Darmin menilai studi tersebut seimbang dengan melihat sisi positif dan negatif dari kelapa sawit. "Studi ini kami anggap berusaha agar seimbang. Tidak mengikuti irama yang sekedar mencari-cari kesalahan dari kelapa sawit, tetapi berupaya menunjukkan kelebihan dan kekurangan," kata Damin di kantornya, Senin, 4 Februari 2019.
Darmin mengatakan dari studi itu juga termaktub hal-hal yang bisa ditempuh oleh berbagai negara termasuk Indonesia dalam persoalan pemenuhan minyak nabati dunia.
Darmin mengatakan ada beberapa produk yang sama-sama menghasilkan minyak nabati, selain kelapa sawit, yaitu tentu ada minyak bunga matahari, minyak kedelai dan lain. Dari penelitian itu, kata Darmin minyak nabati lebih efisien menghasilkan minyak nabati, jika dilihat dari produksi dalam luas tanah.
BACA: Indonesia Perjuangkan Isu Sawit dalam Pertemuan ASEAN - Uni Eropa
Dalam penelitian itu, kata Darmin, kelapa sawit adalah produk perkebunan yang paling produktif menghasilkan minyak nabati. Dia mencontohkan untuk memproduksi 1 ton minyak nabati, memerlukan 0,26 hektar kelapa sawit. Sedangkan 1,43 hektar minyak bunga matahari diperlukan untuk menghasilkan 1 ton minyak nabati.
"Tadi kelapa sawit 0,26, bahkan minyak kacang kedelai perlu 2 hektar lahan untuk menghasilkan 1 ton minyak nabati," kata dia.
Di lokasi yang sama Kepala Satgas Kelapa Sawit IUCN, Erik Meijaard mengatakan hasil studi menyimpulkan bahwa komoditas minyak nabati lainnya membutuhkan lahan sembilan kali lebih besar dibandingkan kelapa sawit.
"Dengan demikian, mengganti komoditas kelapa sawit dengan komoditas minyak nabati lainnya, akan secara signifikan meningkatkan total kebutuhan lahan untuk memproduksi minyak nabati non kelapa sawit dalam rangka pemenuhan kebutuhan global atas minyak nabati," kata Erik.
Lebih lanjut Darmin mengatakan pada 2050, diperkirakan kebutuhan minyak nabati dunia sebesar 310 juta ton. Saat ini minyak kelapa sawit berkontribusi sebesar 35 persen dari total kebutuhan minyak nabati dunia, dengan konsumsi terbesar di India, RRT dan Indonesia. "Adapun proporsi penggunaannya adalah 75 persen untuk industri pangan dan 25 persen untuk industri kosmetik, produk pembersih dan biofuel," ujar Darmin.