TEMPO.CO, Yogyakarta -Perusahaan startup tanda tangan digital asal Yogyakarta, PrivyID, membidik kalangan pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM sebagai kelompok pengguna barunya pada 2019 ini. Hal itu dilakukan guna memperluas pasar konsumen tanda tangan digital PrivyID yang masih didominasi kelompok korporat mapan.
BACA: Startup PrivyID: Tanda Tangan Digital Bikin Hemat Kertas
"Dalam waktu dekat aplikasi tanda tangan digital kami akan menjangkau ibu-ibu pelaku UMKM di beberapa daerah pelosok," ujar Marshall Pribadi, CEO PrivyID Jumat petang, 1 Februari 2019. Kerja sama dengan pelaku UMKM itu, ujar Marshall, diwujudkan lewat kolaborasi PrivyID dengan perusahaan fintech Amartha.
Marshall menuturkan sejak timnya membuat teknologi tanda tangan digital 2016 silam, saat ini penggunanya diklaim telah mencapa sekitar tiga juta penduduk Indonesia.
Pengguna aplikasi tanda tangan digital PrivyID berasal dari pelanggan dan nasabah perusahaan seperti Telkom Indonesia dan Kawan Lama Group, serta perusahaan keuangan seperti Bussan Auto Finance, MPM Finance, dan Adira Finance. Sedangkan dari kalangan perbankan ada bank nasional seperti Bank Mandiri, BRI dan CIMB Niaga. Ada pula pengguna dari startup dan perusahaan skala kecil menengah seperti AwanTunai, Klik Acc, Kerjasama.com, dan Sewa Kamera.
BACA: Inklusi Keuangan, Amartha dan PrivyID Jangkau Warga Terpencil
Tanda tangan digital PrivyID disebut menjadi satu-satunya tanda tangan dari penyedia swasta yang sesuai dengan Undang-Undang no. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, serta Peraturan Menteri Kominfo no. 11 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik.
“Tanda tangan digital PrivyID sudah diakui Bank Indonesia dan Menkominfo," kata Marshall.
Salah satu pendiri PrivyID, Guritno Adi Saputro atau akrab dipanggil Abby, selaku Chief Technology Officer PrivyID mengatakan tanda tangan digital PrivyID menerapkan teknologi kriptografi asimetris. "Teknologi ini dipadukan dengan hardware penyimpanan grade militer yang membuatnya tak bisa dipalsukan serta mampu mendeteksi setiap perubahan yang terjadi pada dokumen," ujarnya.
Abby menambahkan produk tanda tangan digital pada awalnya belum pernah ada di Indonesia. "Dengan hadirnya akhirnya PrivyID bisa menjadi startup perintis tanda tanda tangan digital di Indonesia,” katanya.
Dari riset PrivyID, perusahaan leasing seperti Bussan Auto Finance, bisa menghemat biaya logistik dari semula 5,4 miliar rupiah per bulan menjadi hanya Rp 70 juta per bulan setelah menggunakan tanda tangan digital PrivyID.
PrivyID sendiri merupakan perusahaan startup tanda tangan digital yang lahir di Yogyakarta oleh kedua pendirinya Marshall Pribadi (CEO) dan Guritno Adi Saputro (CTO) sejak 2016 silam. PrivyID menjadi startup Indonesia pertama yang mengantongi sertifikasi keamanan informasi berstandar ISO/IEC 27001:2013.
Saat ini startup PrivyID telah membangun kantor baru di Yogya sebaga kantor induk dari cabang di Jakarta. Jumlah karyawan PrivyID di kantor Yogyakarta saat ini sebanyak 161 orang yang terdiri dari developer, hingga verifikator.