TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Salim Grup menawarkan sejumlah lini usaha yang bisa dikembangkan oleh desa-desa dan pesantren di Jawa Barat. Mulai dari bisnis kelapa, sampah, BBM, sampai pengembangan listrik desa.
Baca juga: Calon Direksi Bank BJB Mulai Diseleksi
“Saya menyambut baik, nanti dikonversi menjadi (program) satu desa satu perusahaan. Ini contohnya, dapat dulu pembelinya, baru dibikin perusahaannya,” kata dia di Bandung, 1 Februari 2019.
Ridwan Kamil mengatakan, total ada 10 tawaran lini bisnis yang bisa dikembangkan. Bisnis kelapa misalnya, salah satu anak perusahaan Salim Grup membutuhkan pasokan 300 ribu butir kelapa dalam sehari. “Yang nanam kelapa pasti dibeli tiap bulannya dengan harga baik tanpa harus bingung jual kemana,” kata dia.
Salim Grup juga menawarkan sanggup membeli sampah plastik dalam jumlah besar. “Salim Grup ada teknologi canggih mengubah sampah plastik menjadi solar, bahan bakar diesel,” kata Ridwan.
Ridwan Kamil tidak merinci kebutuhan sampah plastik tersebut. Pemerintah provinsi akan mengawinkan bisnis ini dengan bank sampah. Program ini diyakininya bisa membantu mengurangi penggunaan sampah plastik. “Makanya kita mulai dulu instrumennya di bank sampah dulu,” kata dia.
Program bank sampah bekerja sama dengan Salim Grup ini akan dicoba di pantai wisata Pangandaran, sekaligus memulai kampanye daur ulang sampah plastik. “Kita prihatin pantai pariwisata 80 persen sampahnya plastik. Ada ikan paus tea yang (mati) di Sulawesi. Maka dimulai program ini secara resmi di Pangandaran yang konsumen dan pengunjungnya banyak, dan banyak sampah yang sifatnya plastik,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan, Salim Grup juga menawarkan untuk memodali pesantren-pesantren di Jawa Barat. “Ada program SPBU buat pesantren. Jadi mereka akan menghibahkan SPBU kecil ke pesantren, nanti bagi hasil. Pesantren enggak usah modal. Cukup menyediakan lahan minimal 200 meter. Ini lagi kita cari lahannya,” kata dia.
Ridwan Kamil mengatakan, Salim Grup akan memasok BBM produksi anak perusahaannya untuk memasok SPBU mini milik pesantren tersebut. “Karena analisanya kalau yang ada sekarang di lapangan, belinya di SPBU. Kalau (memasok) langsung dari sumbernya, jadi lebih murah. Ari buat rakyat, mana saja, yang penting lebih terjangkau,” kata dia.
Ridwan Kamil mengatakan, Salim Grup juga menawarkan pengembangan pembangkit listrik mikro hidro dengan teknologi terbaru, cukup dengan debit aliran yang relatif kecil untuk menghasilkan listrik. “Ini kan ada ribuan aliran air di Jabar, bisa dipanen jadi listrik tanpa harus (membangun) PLTA skala raksasa,” kata dia.
Salim Grup juga menawarkan kerja sama membantu pelatihan Bahasa Inggris bagi warga di pedesaan dengan fasilitas mobil pelatihan bahasa. “Mau saya pakai ke desa-desa. Waktu dilatih bahas Inggris itu di tena mobil, itu pakai internet, ngomongnya langsung dengan guru bahas di Amerika. Jadi live. Cas cis cus live antara yang les dengan guru yang dari Amerika atau Inggris,” kata dia.
Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan, yang paling cepat akan dieksekusi untuk bisnis kelapa yang ditawarkan Salim Grup. Bisnis kelapa tersebut dinilai potensial membantu pengembangan perkebunan kelapa rakyat di Jawa Barat.
“Dalam rangka mengoptimalkan kelapa-kelapa rakyat yang cuma beberapa pohon, dimana skala ekonominya kecil, sehingga saat ada harganya murah, maka solusinya di rapat tadi di usulkan dengan pendekatan inti-plasma. Jadi (perkebunan) intinya, ada investasi untuk membangun satu kebun, dan kebun ini ada proses produksi, artinya ada pabrik. Dengan demikian ada kesinambungan pasokan,” kata dia.
Iwa mengatakan, pada tahap awal anak usaha Salim Grup membutuhkan sedikitnya pasokan 300 ribu butir kelapa sehari, tapi saat pengembangannya kebutuhan bisa meningkat menjadi 2 juta butir kelapa sehari. Air kelapa tersebut yang di incar untuk ekspor. “Ini diarahkan untuk keperluan ekspor seluruhnya. Ekspor ke Amerika dan Uni Eropa,” kata dia.
Baca juga berita Ridwan Kamil di Tempo.co