TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai tingkat inflasi Januari 2019 masih cukup baik. Terlebih bila dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, inflasi tahun ini lebih rendah.
Baca juga: Menhub Budi Akui Penerapan Bagasi Berbayar Picu Inflasi
"Tahun lalu itu tinggi karena beras bergejolak, tahun ini enggak," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat, 1 Februari 2019.
Pada tahun ini, menurut Darmin, harga pangan yang naik adalah jagung, telur dan daging ayam. Adapun bahan pangan, kata dia, memang kelompok barang yang paling tinggi inflasinya. "Jadi secara ini oke untuk bulanan yang biasanya agak tinggi ini lumayan."
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Januari 2019 sebesar 0,32 persen. Angka itu relatif rendah dibandingkan periode sama dalam dua tahun terakhir, yaitu Januari 2018 sebesar 0,62 persen dan Januari 2017 sebesar 0,97 persen. Kenaikan harga ikan segar, beras, dan komoditas sayuran menjadi pemicu terjadinya inflasi tersebut.
"Inflasi Januari dipengaruhi oleh harga ikan segar, beras, dan komoditas sayuran," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta.
Suhariyanto mengatakan kenaikan harga tersebut memberikan kontribusi kepada inflasi bahan makanan yang dalam periode tercatat sebesar 0,92 persen.
"Ikan segar mengalami inflasi 0,06 persen dan beras 0,04 persen dengan catatan, sebenarnya kenaikan harga beras biasa-biasa saja di beberapa kota, karena relatif stabil," ujarnya.
Selain itu, kata dia, harga komoditas lainnya juga naik dalam periode ini yaitu daging ayam ras dan telur ayam ras.
Kelompok pengeluaran yang juga mengalami inflasi adalah kelompok sandang 0,47 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,28 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,27 persen.
Selain itu, kelompok kesehatan juga tercatat inflasi 0,27 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,24 persen.
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dalam periode ini mengalami deflasi sebesar 0,16 persen sehingga mampu menahan pergerakan inflasi.
"Deflasi transportasi disumbangkan oleh andil dari bensin 0,04 persen karena turunnya harga bensin jenis Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo, serta tarif kereta api 0,02 persen," ujarnya.
Meski demikian, tarif angkutan udara pada Januari 2019 justru menyumbang inflasi 0,02 persen karena tingginya harga tiket pesawat udara.
"Tahun lalu, tarif angkutan udara menyumbang deflasi, tapi harga tiket sekarang masih mahal," kata Suhariyanto.
Simak berita tentang inflasi hanya di Tempo.co
CAESAR AKBAR | ANTARA