TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Budi Harto mengatakan penyelesaian proyek kereta ringan alias LRT bakal molor dari target. Ia mengatakan proyek transportasi Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi diperkirakan baru bisa beroperasi April 2021.
Simak juga: Prabowo Sebut JK Benarkan Kritiknya soal LRT
"Targetnya April 2021, mundur 22 bulan," ujar Budi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis, 31 Januari 2019. Ia menyebut alasan molornya penyelesaian proyek adalah lantaran masih ada pembebasan lahan yang belum kelar.
Menurut dia, lahan yang masih belum dibebaskan, salah satunya adalah untuk lokasi depo kereta ringan di kawasan Bekasi Timur. Lahan yang perlu dibebaskan, kata Budi, adalah lahan perumahan seluas 10 hektare. Nantinya, depo itu akan menampung 32 set kereta ringan. "Membangun depo ini kan butuh waktu lama, sekitar 20 bulan."
Budi mengatakan pembangunan depo itu sebenarnya sudah lama direncanakan. Bahkan, proses pembebasan lahan itu sudah diproses sejak beberapa tahun ke belakang dan mulai masuk ke fase pembayaran. Dari total kebutuhan lahan itu, 60 persen sudah kelar dilunasi. "Yang belum tinggal kecil lah," kata dia. Untuk bisa mencapai target operasi April 2021, ia mengatakan seluruh lahan mesti selesai dibebaskan pada Maret tahun ini.
Pada fase pertama, ada tiga rute yang akan dilayani oleh LRT Jabodebek ini yakni Bekasi - Cawang, Cawang - Cibubur, dan Cawang - Dukuh Atas, dengan panjang rute total 44 kilometer. Dengan kapasitas kereta sekitar 130 orang dan dalam satu rangkaian kereta terdiri atas enam gerbong, maka total penumpang yang bisa diangkut sekali jalan adalah sekitar 700 orang.
Budi menegaskan molornya penyelesaian proyek itu bukan karena perseroan kekurangan dana. Melainkan, murni karena pembebasan lahan masih belum kelar. Yang pasti, ia berujar pengoperasian kereta-kereta ringan itu baru bisa dilakukan bila semua fasilitas di rute LRT fase I selesai dibangun.
Baca: Puncak Musim Hujan, Proyek LRT dan Becakayu Diadukan ke Anies
"Kalau tidak, nanti sistemnya nanggung, karena dalam pengoperasian LRT itu kalau ingin efektif dan efisien dan kapasitasnya meningkat, maka pemberangkatan antar-kereta itu bisa menit dan safetynya harus tinggi," kata Budi.