TEMPO.CO, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal menargetkan total investasi yang masuk sepanjang tahun 2019 sebesar Rp 792,3 triliun, baik dari penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. "Saya yakin trennya akan membaik," ujar Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong di kantornya, Jakarta, Rabu, 30 Januari 2019.
Baca juga: BKPM Gagal Capai Target Realisasi Investasi 2018
Alasan yang mendukung keyakinan Lembong itu antara lain adalah faktor siklus dan ekonomi. Menurut dia, dalam 15 tahun terakhir, sebelum ajang pemilihan umum investasi memang kerap melambat. Namun setelah siklus politik itu rampung, tren investasi akan membaik.
"Masih ada sekitar 7,5 bulan setelah pencoblosan untuk dunia usaha recover dari perlambatan sebelum pemilu," ujar Lembong. Hari pencoblosan Pemilu 2019 adalah pada 17 April 2019.
Dari sisi eksternal, Lembong mengatakan kepercayaan pasar global mulai kembali untuk menghadapi tantangan. Apalagi, kalau melihat pasar modal pada 2018 telah berhasil mengatasi berbagai tantangan yang menghantam. Beberapa masalah yang mendera likuiditas pasar modal tahun lalu antara lain kegelisahan akan perang dagang hingga kenaikan suku bunga The Fed hingga empat kali.
"Tahun ini banyak kekhawatiran soal perlambatan ekonomi, misalnya perlambatan ekonomi di Cina dan Amerika Serikart, juga di Euro Zone Eropa, serta perlambatan harga komoditas," kata bekas Menteri Perdagangan itu.
Belakangan, BKPM mengumumkan target investasi pada 2018 tidak tercapai. Realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia sepanjang tahun lalu hanya mencapai Rp 721,3 triliun alias sekitar 94 persen dari target.
"Langsung kelihatan dari data bahwa untuk tahun fiskal 2018 kita tidak berhasil mencapai target," ujar Lembong. Adapun target realisasi investasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah adalah sebesar Rp 765 trilliun. Kendati demikian capaian itu naik sebesar 4,1 persen dibandingkan tahun 2017.
Apabila dirinci, total realisasi investasi PMDN tahun 2018 mencapai Rp 328,6 triliun atau naik sebesar 25,3 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp 262,3 triliun. Sedangkan total rea|isasi investasi PMA tahun 2018 adalah sebesar Rp 392,7 triliun, turun 8,8 persen dibandingkan realisasi investasi PMA tahun 2017 sebesar Rp 430,5 triliun.
”Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa realisasi tahun 2018 ini merupakan cerminan dari upaya tahun sebelumnya," kata Lembong. "Kurangnya eksekusi implementasi kebijakan pada tahun lalu berimbas pada perlambatan investasi di tahun ini, disamping adanya hambatan dari faktor eksternal."
Belum lagi, Lembong menyebut transisi perizinan ke sistem Online Single Submission sedikit banyak mempengaruhi tren perlambatan investasi di tahun ini. Namun ia percaya bahwa realisasi investasi selanjutnya akan meningkat dengan adanya pembenahan sistem OSS dan kebijakan pro investasi yang lebih nendang dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan sektor usaha, lima besar realisasi investasi adalah sektor Listrik, Gas, dan Air sebesar Rp 117,5 triliun atau 16,3 persen, Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi sebesar Rp 94,9 triliun atau 13,1 persen; Pertambangan sebesar Rp 73,8 triliun, atau 10,2 persen, Industri Makanan sebesar Rp 68,8 triliun atau 9,5 persen, dan Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran sebesar Rp 56,8 triliun atau 7,9 persen.