TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah berakhir menguat 21 poin atau 0,15 persen di level Rp14.072 per dolar AS, saat indeks dolar AS naik 0,051 poin atau 0,05 persen ke posisi 95,845 sore ini, Senin, 28 Januari 2019. Nilai tukar rupiah di pasar spot telah menguat sejak pembukaan pagi tadi, yang terapresiasi 58 poin atau 0,41 persen ke level Rp 14.035 per dolar AS. Pergerakan kurs rupiah konsisten menguat sepanjang perdagangan pasar spot hari ini, meskipun dolar AS mendapatkan tenaganya pada perdagangan sore ini.
Baca juga: Core: Berakhirnya Penutupan Pemerintahan AS Tak Pengaruhi Rupiah
Nilai tukar rupiah telah mampu melanjutkan penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 25 Januari 2019. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat ke level Rp 14.093 per dolar AS dari level penutupan sebelumnya.Rupiah menguat 0,6 persen terhadap dolar AS sepanjang pekan lalu setelah pemerintah berupaya melonggarkan peraturan untuk meningkatkan ekspor.
Ada empat faktor yang menyebabkan rupiah menguat. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan faktor pertama adalah kepercayaan investor asing terus kuat dan itu terbukti dari terus masuknya aliran modal asing tidak hanya PMA, tapi juga investasi portofolio, baik di obligasi, saham dan jenis aset yang lain.
Kedua, sinergi kebijakan antara pemerintah, BI, dan OJK serta berbagai pihak semakin kuag dalam mendukung prospek ekonomi yang lebih baik dan stabilitas yang terjaga. Hal ini dibuktikan melalui kebijakan pemerintah yang dirilis minggu lalu terkait dengan mendorong ekspor dengan menghilangkan hambatan ekspor dan penataan logistik.
"Selanjutnya kami koordinasi dengan pemerintah dorong ekspor baik otomotif, elektronik dan garmen dan juga makanan minuman. Disamping itu, kami juga persiapkan kebijakan lanjutan untuk subtitusi impor baik di komoditas baja dan farmasi," ujar Perry.
Ketiga, BI melihat mekanisme pasar semakin berkembang. Saat ini, pasar tidak hanya bergantung pada spot, swap tapi juga DNDF. Perry menegaskan BI selalu memastikan bahwa likuiditas valas cukup, baik di pasar spot, dan DNDF.
Faktor keempat yang menyebabkan rupiah menguat adalah ketahanan eksternal Indonesia semakin membaik termasuk di sisi transaksi berjalan yang menurun dan aliran modal asing. Bahkan, dia melihat surplus neraca modal semakin meningkat.
BISNIS