TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kembali memperjuangkan isu sawit dan menolak kebijakan diskriminatif terhadap sawit di Eropa. Hal itu disampaikan dalam pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN dan Uni Eropa ke-22 di Brussels, Belgia.
Baca: Jokowi Sebut Elektabilitasnya Turun Terpengaruh Harga Komoditas
Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, yang memimpin Delegasi RI menyampaikan fakta mengenai kontribusi sawit bagi perekonomian, serta sumbangannya terhadap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). "Sawit adalah komoditas strategis bagi Indonesia. Khususnya bagi petani kecil. Sekitar 20 juga masyarakat ASEAN bergantung kehidupannya pada industri sawit," ucap Fachir dalam keterangan tertulis, Selasa, 22 Januari 2019.
Apalagi, sawit telah berkontribusi dalam pencapaian 12 dari 17 tujuan yang tercakup dalam SDGs. Mulai dari pengentasan dan pengurangan kemiskinan, hingga penghapusan kelaparan dan pencapaian energi bersih dan terjangkau.
Fachir menilai, menolak sawit sama artinya dengan menolak SDGs yang merupakan suatu kesepakatan global. Ia menekankan agar kerja sama ASEAN dan Uni Eropa bisa didasari oleh sikap saling percaya dan menghormati nilai serta kepentingan masing-masing.
Lebih jauh Fachir berharap, nantinya kebijakan bisa mengedepankan kepentingan bersama. "Termasuk untuk menghentikan kebijakan diskriminatif terhadap sawit yang menjadi kepentingan masyarakat Indonesia," kata dia.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebelumnya mengatakan realisasi perjanjian hubungan bilateral Indonesia dengan empat negara yang tergabung dalam European Free Trade Association (EFTA) alot karena pembahasan soal sawit.
"Proses ini dari nego yang kami lakukan, hambatan utama kenapa lama adalah karena mereka menahan sawit. Untuk itu kita tahan salmon dari Norway," kata Enggartiasto, Ahad, 16 Desember 2018.
Pada pertengahan Desember tahun lalu Indonesia dengan empat negara EFTA yang terdiri dari Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia menandatangani lndonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (lE-CEPA). Meski pembahasan mengenai sawit alot untuk disetujui bersama, Enggartiasto tetap berusaha agar sawit bisa luas masuk pasar di empat negara itu. "Saya tidak mau mundur, orang sudah proses jalan karean ada satu soal itu, jadi sia sia," ujar dia.
Baca: Lobi Soal Sawit, Luhut Terbang ke Polandia Pekan Depan
Menurut Enggartiasto, proses negosiasi alot karena semua pihak ingin sama-sama untung. Enggartiasto mengatakan, Indonesia bersikeras agar negara-negara tersebut membuka pasar sawit dari Indonesia.
ANTARA | HENDARTYO HANGGI