TEMPO.CO, New York - Kurs dolar AS sedikit melemah terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Pelemahan kurs dolar AS itu karena daya tarik greenback sebagai mata uang safe-haven turun di tengah tanda-tanda perlambatan ekonomi global.
Baca: Rupiah Tembus 14.103 per Dolar AS, Paling Perkasa di Regional
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun tipis 0,03 persen menjadi 96,30 pada akhir perdagangan. Adapun Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1362 dolar AS dari 1,1369 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2956 dolar AS dari 1,2888 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7118 dolar AS dari 0,7158 dolar AS.
Sementara dolar AS dibeli 109,29 yen Jepang, lebih rendah dari 109,64 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9970 franc Swiss dari 0,9976 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3349 dolar Kanada dari 1,3293 dolar Kanada.
Sebelumnya Dana Moneter Internasional (IMF) pada Senin lalu merevisi prospek pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2019 menjadi 3,5 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,7 persen. "Setelah dua tahun ekspansi yang solid, ekonomi dunia tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan, dan risiko-risiko sedang meningkat," kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Senin, 21 Januari 2019.
Sementara itu, sebuah laporan terpisah oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari yang sama juga memperingatkan bahwa kombinasi yang mengkhawatirkan dari tantangan pembangunan dapat semakin merusak pertumbuhan global.
Sedangkan mata uang safe-haven yen Jepang memperpanjang kenaikannya didukung pertumbuhan global dan pound Inggris juga naik setelah data ekonomi menunjukkan tingkat pengangguran Inggris turun menjadi 4,0 persen, mengalahkan ekspektasi para analis.
Baca: Dolar AS Terbebani Sikap The Fed, Rupiah Menguat Jadi Rp 14.045
Pelemahan dolar AS pada 2019 adalah pandangan konsensus di antara pedagang pasar mata uang. Sebab, investor bertaruh bahwa bank sentral AS akan berhenti menaikkan suku bunganya dan ekonomi akan melambat setelah dorongan fiskal tahun lalu.
ANTARA