TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Presiden Nomor Urut 02 Sandiaga Uno kembali mengkritisi harga bahan pangan di Indonesia. Kali ini, ia menyoroti harga cabai yang tidak stabil di pasaran.
Baca: Debat Capres, Sandiaga Menyoroti Peluang Kerja Kaum Difabel
"Saya terenyuh melihat pedagang cabai di Demak buang cabai ke jalan karena harganya Rp 7.000 per kilogram. Dia bilang manennya aja enggak bisa," ujar Sandiaga di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Sabtu, 19 Januari 2019. Di sisi lain ia menemukan harga cabai di Tarakan, Kalimantan Utara, mencapai Rp 100 ribu per kilogram.
Persoalan itu dia sampaikan di hadapan ratusan peserta dari kalangan generasi milenial. Menurut dia, Millenials semestinya bisa menyelesaikan perkara ini, misalnya dengan menciptakan aplikasi yang secara konprehensif bisa menyelesaikan persoalan bahan pokok. "Masak terus dimanjakan sama impor sih, masak negara yang kaya raya ini impor beras," ujar Sandiaga.
Bekas Wakil Gubernur DKI Jakarta itu memang tidak memungkiri Indonesia tidak bisa menjadi negara yang tertutup. Tapi, menurut dia, Indonesia mempunyai kemampuan untuk memproduksi. Dengan demikian, kalau Indonesia mempunyai produksi yang cukup untuk beras dan gula, pemerintah tidak perlu impor lagi.
Untuk mengatasi persoalan itu, Sandiaga mengatakan Indonesia membutuhkan pemerintahan yang kuat dengan pemimpin yang tegas. Dengan demikian, pemerintah bisa memastikan sumber produksi dikelola dengan baik. Lebih jauh, Sandiaga mendorong tumbuhnya enterpreneurship di Indonesia.
"Saya mau pengusaha kita sukses, milenial menjadi milenialpreneur," kata Sandiaga. Untuk itu ia menyebut kebijakan pemerintah nantinya harus memudahkan perizinan, memberikan pelatihan, pendampingan, dan membantu pemasaran, hingga memberi akses keuangan dan permodalan. "Sehingga akhirnya bisa menjadi juara."