TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyakini defisit transaksi berjalan atau current account deficit pada triwulan I 2019 akan jauh lebih rendah. "Kami melihat bahwa di triwulan I dan kemungkinannya CAD itu akan jauh lebih rendah dan tidak hanya sesuai pola musiman, ada kecenderungan impor juga menurun," kata Perry di komplek gedung BI, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.
Baca: Cegah Defisit, Prabowo Janji Perbaiki Tata Kelola BPJS Kesehatan
Perry melihat berlanjutnya aliran modal masuk asing ke dalam negeri, masih terjadi. Aliran modal itu kata dia melalui berbagi bentuk seperti penanaman modal asing atau investasi dan lain. "Kami memperkirakan secara keseluruhan triwulan I 2019 neraca pembayaran akan mengalami surplus," ujar dia.
Selain itu, Perry juga memperkirakan defisit transaksi berjalan masih akan di atas 3 persen terhadap PDB pada triwulan IV 2018. "Itu angka sementara. Dan angka masih bergerak, kemungkinan di US$ 8,8 miliar pada triwulan IV."
Meski begitu, surplus neraca modal memang jauh lebih besar dari yang BI perkirakan. Sehingga, menurut Perry, secara keseluruhan neraca pembayaran triwulan IV akan alami surplus sekitar US$ 4-5 miliar.
Menurut Perry hal itu terefleksi pada kenaikan cadangan devisa akhir tahun lalu yang US$ 120,7 miliar. "Kenaikan cadangan devisa itu artinya devisa yang masuk dan tercatat pada surplus neraca modal itu lebih besar dari pada devisa yang digunakan pada defisit transaksi berjalan," kata dia.
Baca: Lonjakan Impor Diprediksi Bakal Picu Defisit Perdagangan di 2018
Lebih lanjut Perry mengatakan untuk menekan CAD pemerintah dan BI terus berkoordinasi. Pemerintah telah menempuh langkah-langkah konkret untuk dorong ekspor, mengurangi impor dan dorong pariwisata, di mana itu bisa memperbaiki defisit tersebut. "Kebijakan yang akan ditempuh sisi makro prudensial di sisi CAD, kami terus eksplorasi instrumen makro prudensial dorong ekspor dan pariwisata," katanya.