TEMPO.CO, Washington DC - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kelapa sawit merupakan komoditas yang esensial bagi Republik Indonesia serta sebagai salah satu sumber dari minyak yang paling ekonomis dan produktif bila dibandingkan dengan minyak dari tumbuhan lainnya seperti kedelai dan "rapeseed".
Baca juga: Sejak 1987, Pemerintah Lepas 5,4 Juta Ha Hutan untuk Sawit
"Minyak sawit telah membantu mengangkat banyak warga dari kemiskinan dan menciptakan kalangan kelas menengah," kata Enggartiasto dalam acara seminar sawit sebagai pemberdayaan masyarakat yang digelar di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC, Rabu waktu setempat atau Kamis WIB, 17 Januari 2019.
Menurut Mendag, berdasarkan sejumlah penelitian, minyak kelapa sawit juga dapat menghasilkan produktivitas energi yang lebih baik bila dikomparasikan dengan jumlah yang dihasilkan oleh minyak dari berbagai tumbuhan jenis lainnya.
Riset peneliti dari Institute of Farm Economics, von Thunen Institute, pada 2010 menunjukkan bahwa biaya produksi per ton dari "rapeseed" berkisar 1.000-1.200 dolar AS/ton di Eropa Barat, biaya produksi kedelai adalah 800 dolar AS/ton di AS serta 400 dolar AS/ton di Argentina dan Brasil, sedangkan biaya rata-rata produksi sawit 380 dolar AS/ton.
Sementara data dari Badan Pengelola Dana Sawit (BPDP) menyebutkan bahwa "rapeseed" dan kedelai masing-masing hanya menghasilkan 0,69 ton per hektare dan 0,45 ton per hektare, sedangkan sawit diketahui dapat menghasilkan 3,85 ton per hektare.
Berbagai kalangan mengungkapkan minyak sawit memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan sebagai bioenergi atau bahan bakar cair di Indonesia.
Ketua Umum Ikatan Ahli Biofuel Indonesia (IKABI), Tatang Hernas S dalam diskusi "Sawit Bagi Negeri" di Jakarta, Rabu (9/1), menyatakan keberadaan minyak sawit sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan bakar minyak cair. Karena itu keberadaan komoditas perkebunan itu harus terus didukung semua pihak.
Senada dengan itu peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Agus Kismanto, menyatakan bioenergi berbahan baku minyak sawit sangat potensial untuk terus dikembangkan sebagai bioenergi. Sebab itu, lanjutnya, penggunaan minyak sawit sebagai bioenergi, harus terus didorong, supaya menjadi sumber energi hijau dan terbarukan.
Terkait hal itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono menyatakan keberadaan minyak sawit terus memberikan kontribusi besar bagi negara dan masyarakat, salah satunya melalui pengembangan industri turunan minyak sawit sebagai bioenergi, yang juga menguntungkan secara lingkungan.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), MP Tumanggor, menjelaskan persoalan masih dihadapi industri biodiesel Indonesia, lantaran produksi masih jauh dari kapasitas industri sehingga asosiasi tersebut mendorong penggunaan konsumsi biodiesel lebih besar di Indonesia.
ANTARA