TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut pelaku pasar mengambil posisi wait and see lebih lama pada Pemilu 2019 ketimbang pada perhelatan serupa periode-periode sebelumnya. Perilaku pasar tersebut disebabkan oleh masa kampanye yang lebih lama pada perhelatan kali ini ketimbang sebelumnya.
Baca juga: Survei Charta Politika: NasDem Salip Partai Demokrat
"Karena kali ini masa kampanye terlama, hingga enam bulan," ujar Yunarto di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019. Masa Kampanye Pemilu 2019 dimulai pada 23 September 2018 hingga 13 April 2019. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, masa kampanye tidak selama itu lantaran terbagi dua pemilihan umum, yaitu Pemilihan Legislator dan Pemilihan Presiden.
Di samping itu, Pemilihan Umum 2019 juga digelar dengan sistem yang berbeda ketimbang sebelumnya, yaitu dengan menyerentakkan pemilihan presiden dan pemilihan legislator. Sehingga, masyarakat, termasuk juga pemerhati politik, masih meraba-raba pola pesta demokrasi tahun ini akan seperti apa.
"Walau memang, untuk kali ini kampanye dilakukan hanya satu kali saja dalam periode yang lama, sehingga tidak dua kali periode kampanye yang menyebabkan dua kali wait and see," kata Yunarto. Secara kualitatif, ia menyimpulkan pemilu kali ini cenderung masih sejuk.
Apabila melihat dampak Pemilu 2019 kepada pasar modal, Yunarto melihat pengaruh perhelatan lima tahunan itu masih positif. Buktinya, Indeks Harga Saham Gabungan masih terus menanjak dan telah menembus level 6.400. "Enggak ada hal ekstrem yang berbeda, malah tren market cukup positif."
Meski, Yunarto tidak memungkiri pemilu kali ini terasa lebih keras ketimbang periode sebelumnya. Pasalnya dua kandidat yang bertarung adalah rival lama yang bertemu kembali sehingga telah memiliki basis massa, khususnya di media sosial.
Namun demikian, berdasarkan pengamatan Yunarto, kebisingan akibat bertemunya dua rival lama ini diyakini hanya terjadi di media sosial. Ia menyebut Indonesia adalah contoh pemilu yang damai dan banyak pemilihnya. "Seperti halnya Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, setelah selesai semuanya akan menerima," ujar dia. "Ketakutan iklim usaha kan kalau ada kerusuhan datau konflik akibat pemilu."
Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi menyebut respons pasar nantinya akan ditentukan oleh visi dan misi para kandidat pada Pemilu 2019 tentang perekonomian. Sebab, dua hal tersebutlah yang akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada perkembangan pasar. "Apakah akan sama atau berbeda akan kita lihat, termasuk bagaimana jalannya dan bagaimana rencananya akan kita perhatikan," kata dia.