TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Rabu malam, 23.30 WIB, ekonom senior Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono sempat menjadi pembicara pada diskusi di Hotel Milenium Sirih Jakarta pada Rabu sore. Dia menjelaskan soal kondisi ekonomi menjelang pemilihan presiden 2019 dalam diskusi bertajuk Menanti Asa Perekonomian Dua Calon Pasangan Pemimpin Indonesia.
Baca juga: Ekonom Senior UGM Tony Prasetiantono Meninggal Dunia
Dalam penjelasannya di diskusi tersebut, Tony menilai ada kesamaan dinamika pada pemilu tahun ini karena kondisi ekonomi relatif lebih baik. "2014 itu kita ada dinamika yang tidak bisa dihindari, kita punya problem harga minyak dunia yang sangat tinggi mencapai US$ 100 (per barrel). Sekarang harga minyak US$ 60," kata dia.
Karena tekanan fiskal yang cukup berat, kata Tony, subsidi BBM saat itu mencapai Rp 350 triliun dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Rp 1.800 triliun. Sebanyak Rp 250 triliun untuk subsidi BBM, sedangkan Rp 100 triliun untuk PLN karena pembangkitnya kebanyakan menggunakan BBM.
Menurut Tony, situasi pada 2019, kondisi ekonomi masih diliputi ketidakpastian. Namun kondisinya tidak separah 2014. Tahun ini masalah ekonomi disumbang pengaruh global yang meliputi perang dagang antara AS dan Cina, serta keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa atau Brexit. Namun, tanda-tanda positif meredanya perang dagang menjadi angin segar.
Hal positif lain, kata Tony, juga ditopang kemungkinan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga secara agresif seperti tahun lalu. Tony memprediksi The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebanyak satu kali. "Saya tidak percaya The Fed akan naikkan suku bunga tiga kali, satu saja cukup," ujar Tony.
Tony berujar suku bunga di AS, saat ini 2,5 persen dengan inflasi sekitar 2,5 persen. Artinya jika The Fed ingin memberikan margin untuk penabung, maka suku bunga cukup di angka 2,75 persen. "Dari sisi ini kita merasa bahwa pemilu kali in cukup beruntung karena situasi ekonomi relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu," kata Tony Prasetiantono.
MIS FRANSISKA DEWI