Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menuturkan tantangan lain yang dihadapi oleh toko ritel besar adalah kehadiran minimarket yang semakin meluas di berbagai daerah. "Dari sisi jarak dari rumah ke supermarket seperti Hero dan Giant itu terlalu jauh, sekarang orang lebih suka ke Alfamart atau Indomart yang lebih dekat, lalu size tokonya juga terlalu besar," ujarnya.
Terbukti nasib kinerja keuangan minimarket ini jauh lebih baik. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau Alfamart misalnya hingga kuartal III 2018 lalu berhasil membukukan kenaikan pendapatan neto sebesar 8,77 persen menjadi Rp 49,61 triliun dari sebelumnya Rp 45,61 triliun. Laba bersih juga melonjak hingga 621,15 persen menjadi Rp 344,53 miliar dari periode sebelumnya Rp 47,78 miliar.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan indikasi lain dari tumbangnya kinerja ritel ini adalah perlambatan konsumsi rumah tangga yang masih stagnan di kisaran 5 persen. "Karena kondisi ekonomi yang tidak pasti tahun lalu seperti gejolak kurs rupiah dan tren kenaikan suku bunga, masyarakat khususnya menengah atas memilih menahan belanja, alokasi untuk membeli kebutuhan pokok di supermarket berkurang," ujarnya.
Menurut Bhima, kondisi ini perlu diwaspadai sebab bisa saja berlanjut di tahun ini. "Mungkin akan berlanjut gelombang penutupan ritel selama konsumsi dan daya beli melemah, karena walau pulih tapi prosesnya sangat lambat.
Simak berita tentang Hero Supermarket hanya di Tempo.co
GHOIDA RAHMAH | ANDI IBNU | LARISSA HUDA