TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada awal perdagangan hari ini, Senin, 14 Januari 2019.
Baca: 2 Sebab Rupiah Masih Perkasa pada Awal 2019
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka melemah hanya 5 poin atau 0,04 persen di level Rp 14.053 per dolar AS. Nilai tukar rupiah berbalik melemah terhadap dolar AS setelah ditutup menguat hanya 5 poin atau 0,04 persen ke level Rp 14.048 per dolar AS pada perdagangan Jumat pekan lalu.
Sementara itu, indeks dolar AS pagi ini terpantau melemah 0,01 persen atau 0,013 poin ke level 95,657 pada pukul 08.01 WIB. Sebelumnya indeks dolar dibuka di zona merah dengan depresiasi 0,017 poin atau 0,02 persen di level 95,653, setelah pada perdagangan Jumat pekan lalu berakhir menguat 0,14 persen atau 0,131 poin di posisi 95,670.
Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell sebelumnya kembali menegaskan pandangan bahwa bank sentral AS tersebut memiliki kemampuan untuk bersabar dalam kebijakan moneter mengingat inflasi tetap stabil. Ia juga menurunkan prediksi pejabat The Fed Desember lalu yang menunjukkan bahwa suku bunga akan dinaikkan sebanyak dua kali tahun ini.
"Tidak ada jalur yang ditetapkan sebelumnya untuk suku bunga, terutama saat ini. Jika pertumbuhan global melambat, Saya dapat meyakinkan Anda ... kami dapat secara fleksibel dan cepat mengalihkan kebijakan, dan kami dapat melakukannya secara signifikan jika itu sesuai,” kata Powell seperti dikutip dari Reuters, Kamis pekan lalu, 11 Januari 2018.
Pasar kini berspekulasi bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Senada dengan Powell, Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida juga menyampaikan pandangan yang bernada dovish. Ia menggarisbawahi kesediaan bank sentral AS ini untuk tetap bersabar terkait kenaikan suku bunga.
Baca: Dolar AS Terbebani Sikap The Fed, Rupiah Menguat Jadi Rp 14.045
"Pasar hampir memperhitungkan bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut. Untuk dolar AS yang lebih lemah, pasar kini harus mengharapkan penurunan suku bunga. Saya rasa itu tidak terjadi,” kata Sim Moh Siong, pakar strategi mata uang di Bank of Singapore.
BISNIS