TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi hari ini bertemu dengan ribuan pengemudi ojek dan taksi online dari Gojek, Grab, dan Bluebird dalam acara "Silahturahmi Nasional dengan Keluarga Besar Pengemudi Online". Dalam acara ini, Jokowi menitip pesan kepada ribuan orang pengemudi agar tetap menjaga persatuan di tengah tahun politik Pemilu Presiden 2019.
BACA: Sempat Didemo, Jokowi Temui Supir Ojek dan Taksi Online
"Sudah jadi sunatullah (ketetapan Allah) kalau kita berbeda-beda, beda suku, adat, budaya, dan tradisi," kata Jokowi di Hall A Jakarta Internasional Expo, Jakarta Pusat, Sabtu, 12 Januari 2019.
Hanya saja, kata Jokowi, perbedaan itu kerap jadi masalah ketika memasuki tahun politik. "Dimulai dari yang namanya politik, ada pemilihan bupati, ada pemilihan presiden, kita kayak gak bersaudara lagi." Jokowi menyayangkan terjadi hal ini karena menurut dia, perbedaan adalah satu hal yang biasa di era demokrasi.
BACA: Jokowi Sadar Sepeda Motor Tak Bisa Jadi Angkutan Umum, tapi ...
Menjelang pemilihan presiden pada 17 Januari 2019, sejumlah pihak memang terus menyuarakan pesan persatuan. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD misalnya, menilai politik identitas di tahun politik sudah kian mengancam kondisi persatuan bangsa.
"Saat ini gejala perpecahan bangsa makin terasa karena politik identitas semakin kental," kata Mahfud di sela menghadiri deklarasi gerakan Suluh Kebangsaan di Yogyakarta, Rabu, 9 Januari 2019.
Jokowi menyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu terpecah akibat pemilihan bupati, wali kota, maupun presiden, tapi cukup hanya melihat saja kandidat yang maju. "Ya dilihat saja kandidatnya, punya pengalaman atau tidak, punya prestasi atau tidak, rekam jejaknya seperti apa, dilihat, punya ide apa dilihat, program gagasan dilihat, lihat itu saja." Jangan sampai, kata Jokowi, perbedaan pilihan politik membuat hubungan antar sesama menjadi buruk.
Sebab, kata Jokowi, pemilihan akan selalu ada setiap lima tahun sekali. Presiden, wali kota, dan bupati, pun akan terus ada. "Jangan sampai menyebabkan kita diaduk-aduk oleh politikus, negara ini negara besar."
Jokowi menceritakan juga percapakannya dengan ibu dari Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan, saat melalukan kunjungan kerja ke negara itu. Ibu dari Ashraf, kata Jokowi, bercerita bahwa dulunya Afghanistan merupakan negara yang damai. Sampai akhirnya dua dari tujuh suku di sana bertikai sehingga terjadi perang selama 40 tahun lebih sampai sekarang.
Indonesia, kata Jokowi, memiliki setidaknya 714 suku dan beruntung, situasi masih bisa berlangsung kondusif. Oleh karena itu, Jokowi juga berpesan agar masyarakat jangan terganggu gara-gara pesta demokrasi yang hanya diadakan lima tahun sekali. "Titipan saya itu, jaga kerukunan kita, jaga persatuan kita sebagai saudara sebangsa setanah air."