TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies atau Asita Kalimantan Barat, Nugroho Henray Ekasaputra, mengatakan harga tiket pesawat yang saat ini mulai tinggi tentu akan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun internasional.
BACA: Bagasi Pesawat Tak Lagi Gratis, Penumpang: Membebani Kami
"Sejak awal tahun ini harga tiket memang mulai dirasakan tinggi. Maskapai kita lihat dalam menjual tiket memaksimalkan harga batas atas. Itu tentu mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke berbagai daerah di Nusantara atau wisatawan asing ke penjuru wilayah negara kita," ujarnya di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu, 12 Januari 2019.
Padahal, kata Henray, 60 persen aktivitas orang ingin berwisata dipengaruhi oleh harga tiket pesawat. Jika harga tiket tinggi tentu orang akan berfikir ulang atau akan sedikit memperhatikan untuk kegiatan berwisatanya.
"Apalagi ke Kalbar ini, saat hari kegiatan keagamaan dan hari besar sebelumnya saja tinggi. Jika dengan kondisi sekarang tentu akan jauh lebih tinggi. Pada Cap Go Meh saja di Singkawang, sudah ada tamu kita yang membatalkan ke sana. Sebab untuk transportasi sangat tinggi," jelas dia.
BACA: Petisi Turunkan Tiket Pesawat, Ini Jawaban Kemenhub
Menurutnya, dengan kondisi ini juga akan mempengaruhi target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia maupun kunjungan wisatawan Nusantara ke berbagai daerah. "Bagaimana target kunjungan wisata Nusantara dan 20 juta wisatawan mancanegara bisa tercapai jika harga tiket pesawat tinggi," jelas dia.
Ia memaparkan seharusnya antar kementerian saling mendukung, Kementerian Perwisata juga didukung oleh Kementerian Perhubungan. "Bagaimana maskapai milik BUMN mendukung kebijakan pemerintah. Maskapai lainnya didorong oleh Kemenhub juga demikian. Semua harus sinkron dan saling mendukung baru bisa mencapai target," ujarnya.
Ia menambahkan belum lagi saat ini satu di antara maskapai yaitu Lion Air, tidak lagi mengratiskan bagasi. Hal itu, kata dia, akan mempengaruhi minat wisatawan membeli produk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM.
"Bagasi tidak lagi gratis, wisatawan berpikir panjang untuk membeli dalam jumlah banyak oleh-oleh hasil produk UMKM. Hal tersebut tentu berdampak negatif pada sektor UMKM tersebut," katanya.
Oleh karena itu, sebagai pemberi jasa perjalanan, pihaknya meminta pemerintah mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal tersebut terkait peningkatan kunjungan wisatawan. "Kami promosi ke sana kemari tidak akan berdampak maksimal tanpa didukung kebijakan yang memudahkan," ujarnya.
Baca berita tentang pesawat lainnya di Tempo.co.