TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso menanggapi komentar dari ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri terkait adanya praktik rente di balik lonjakan impor gula dalam dua tahun terakhir. Buwas, panggilan akrab dari Budi, tak menampik masih adanya praktik tersebut dalam industri gula, baik rafinasi untuk kebutuhan pabrik maupun untuk konsumsi.
Baca juga: PTPN Bangun 2 Pabrik Gula Baru, Tutup 11 Pabrik Lama
Akan tetapi dari sisi gula konsumsi, Buwas menyebut Bulog membentuk 56 ribu Rumah Pangan Kita (RPK), semacam lokasi penjualan langsung sembako ritel, untuk mengatasinya. "Kalau ini berkembang terus, dengan sendirinya jejaring yang tadi, katakanlah, mafia atau yang menguasai pasar selama ini, akan pupus dengan sendirinya," kata Buwas di gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis, 10 Januari 2019.
Bulog sebenarnya hanya bertugas menyerap gula untuk kebutuhan konsumsi alias rumahan. Saat ini, stok gula di gudang Bulog mencapai 400 ribu ton dan Presiden Joko Widodo telah meminta stok ini digelontorkan untuk mengantisipasi kenaikan harga. Sementara pemerintah tengah berbicara dengan industri makanan minuman yang banyak membutuhkan gula jenis rafinasi. "Sebenarnya butuhnya berapa, nanti akan dihitung."
Sebelumnya, komentar tersebut disampaikan Faisal dalam cuitannya di akun twitter pribadinya @FaisalBasri pada Rabu, 9 Januari 2019. Faisal mengutip data Statista yang mencatat Indonesia negara importir gula terbesar di dunia dari 2017-2018. Impor gula Indonesia pun melebihi Cina yang hanya 4,2 juta ton dan Amerika Serikat 3,11 juta ton.
Selain itu pada Januari 2017 sampai November 2018, harga gula Indonesia juga 2,4 sampai 3,4 kali lebih mahal dari harga gula dunia. "Impor gula rafinasi membanjir, pemburu rente meraup triliunan rupiah. Mengapa semua diam? tulis Faisal. Praktik rente ini, kata dia, berkontribusi memperburuk neraca perdagangan.
Tak hanya Faisal, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli juga pernah melontarkan kritik soal impor gula. Melalui akun twitternya @RamliRizal pada 16 Agustus 2018, Rizal menulis, "Wong Mentri Perdagangan doyan banget impor, operasi sedot rente. Kelebihan impor garam 1,5 juta ton, gula 2 juta ton, beras, bawang putih dll. Petani sebel. Mas Jokowi @jokowi bertindak dong. Tolong ngomong sama Bang Surya (Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh) untuk ganti Enggar (Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita)"
Enggar telah memberi komentar soal kritikan Faisal. "Membaca twit dari orang ya? Jadi begini, saya sampaikan kita impor berdasarkan kebutuhan," kata di di kantornya, Kamis, 10 Januari 2019. "Produksi gula dalam negeri tidak mampu mencukupi kebutuhan baik konsumsi, apalagi industri."