TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menurunkan target pertumbuhan ekspor non migas menjadi 7,5 persen tahun ini atau senilai US$ 175,9 miliar. Angka tersebut lebih rendah dari target yang ia tetapkan pada awal 2018 yang sebesar 11 persen. Adapun realisasi pertumbuhan ekspor non migas 2018 sebesar 7,5 persen.
Baca juga: Genjot Ekspor, Kemendag Terapkan Sertifikasi Mandiri Barang RI
"Target 2019 sebesar 7,5 persen karena berkaca dari pertumbuhan ekspor nonmigas di tahun lalu dan juga kondisi ketidakpastian global yang masih akan membayangi," kata Enggartiasto di kantornya, Jakarta, Kamis, 10 Januari 2019.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi global yang sebesar 3,7 akan mempengaruhi pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia, terlebih adanya ketidakstabilan akibat perang dagang AS-Cina. Pertumbuhan volume perdagangan dunia sebesar 4 persen.
Faktor berikutnya kata Enggar, karena harga komoditi nonmigas yang diperkirakan akan menguat, seperti palm oil, karet, kopi, kakao, teh, udang, kayu gergajian, barang tambang seperti alumunium, tembaga, nikel, dan timah naik 0,3 sampai 3,9 persen.
Adapun, kata dia, pertumbuhan didukung oleh peningkatan beberapa komoditas utama, seperti batu bara dan barang tambang lainnya, besi baja, kendaraan bermotor dan bagiannya, berbagai produk kimia, pulp, produk plastik, pakaian jadi, dan barang dari kayu. Pertumbuhan itu didorong oleh kenaikan ekspor ke negara tujuan utama ekspor seperti Cina, AS, ASEAN, dan Asia Timur.
Sebelumnya Enggartiasto sudah memperkirakan kinerja ekspor nonmigas pada 2018 tak sesuai target. Ia mengatakan sampai November 2018, kinerja ekspor nonmigas baru mencapai 7,47 persen dari target 11 persen.
"Saya mau realistis aja untuk mencapai 11 persen sesuai target Kemendag, enggak bisa," ujar dia di Kementerian Perdagangan, Senin, 7 Januari 2018. Angka 7,47 persen itu sudah berada di atas Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Enggar juga memperkirakan pertumbuhan ekspor nonmigas di sepanjang 2018 ini mencapai 7,5 persen.
HENDARTYO HANGGI | KARTIKA ANGGRAENI