TEMPO.CO, Bandung - PT Dirgantara Indonesia tengah mengembangkan Gun Ship, salah satunya untuk membantu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Baca juga: Kemenhan Pesan Helikopter Buatan PT Dirgantara Indonesia
“Kita sebut namanya FTB, atau flying test bed. Harapannya dalam waktu dekat kita bisa terbangkan pesawatnya. Dari situ kita masuk ke development, memasang ‘gun’ (senjata). ‘Gun’ ini udah dicoba, di tes tersendiri. Kita akan coba integrasikan dengan pesawatnya,” kata Direktur Produksi, PT Dirgantara Indonesia, Arie Wibowo di Bandung, Rabu, 9 Januari 2019.
Arie mengatakan, “Gun-Ship” tersebut rencananya menjadi salah satu varian dari pengembangan pesawat CN-235. Pesawat tersebut akan dipasangi “gun”, senjata mesin otomatis untuk menembak sasaran. “Ini sebetulnya untuk membantu Ibu Susi, Menteri Kelautan untuk meregulasi kelautan. Sebenarnya bukan untuk perang, tapi untuk nakutin nelayan yang bandel,” kata dia.
Menurut Arie, pesawat CN-235 tersebut akan dipasang “gun. “Kita akan coba beberapa alternatif, ada yang ‘side mounted’ dan ‘up mounted’, ini kan masih development. Setelah punya desain itu kita akan panggil end user seperti TNI AL, AU, dan AD, mana yang lebih preferable bagi mereka untuk Indonesia,” kata dia.
Senjata untuk keperluan membangun Gun Ship itu diperoleh PT DI dari hibah TNI. Arie Wibowo tidak merinci kaliber senjata tersebut. “Senjatanya dapat hibah dari tentara,” kata dia.
Arie mengatakan, Gun Ship ini dirancang punya tipe operasi khusus menyerang dengan memutari objek sasarnya. “Tipe dari operasinya adalah mengitari target, kemudian ditembak targetnya secara radial (memutari). Itu modus operasinya. Jadi kita deteksi target, kita kitari, dan kita tembak. Tembak itu tidak harus ke kapalnya, tapi bisa ke air untuk nakut-nakutin sebetulnya,” kata dia.
Arie mengatakan, untuk mengusung misi tersebut, pesawat CN-235 dirancang harus bisa tebang rendah di atas permukaan air. “Harua terbang rendah, harus di atas (ketinggian) 500 meter supaya efektif ‘Gun’-nya. Kalau terlalu tinggi, targetnya terlalu lebar,” kata dia.
Menurut Arie, desain pesawat CN-235 yang disiapkan menjadi Gun Ship itu sudah dirancang memiliki kemampuan terbang rendah. “Performance pesawat ini sudah bisa terbang ‘low-flight-terrain’. Sekarang tinggal ditambah ‘Gun’. Ini tentunya akan ada impact pada pesawat itu sendiri, karena ‘recoiling’ pada ‘Gun’ saat menembak itu harus kita redam di pesawat supaya jangan kalau dia lagi terbang dan nembak, pesawatnya gak goyang disko,” kata dia.
Arie mengatakan, pesawat CN-235 yang menjadi FTB dari Gun Ship ini dijadwalkan akan mulai uji terbang perdana pada Maret 2019 ini. “Maret akan terbang tanpa ‘Gun’. Kemudian kita akan modifikasi untuk masukin ‘Gun’,” kata dia. “Harapan saya, pertengahan tahun ini kita sudah ada pengujian.”
Arie mengatakan, PT DI sudah pernah mengembangkan pesawat CN-235 dengan tipe senjata yang dipasang berupa rudal, serta peluncur roket. Saat ini misalnya, PT DI tengah mencoba memenangkan tender pengadaan pesawat untuk Royal Thai Navy untuk jenis pesawat dengan kemampuan mengusung roket.
“Kita lagi coba mendevelop itu sendiri. Kita pernah coba itu dengan Turki dengan program Maltom. Tapi itu program Turki untuk Turi Navi, untuk membuat pesawat serupa dengan CN-235 untuk membawa rudal, bukan nuklir, dan ‘rocket launcher’,” kata dia.
Arie mengatakan, PT DI sengaja mengembangkan CN-235 dengan penambahan fitur-fitur khusus yang baru untuk memperluas pasarnya. “Sebetulnya CN-235 ini spesifik produk. Jadi kita coba cari varian-varian yang kecil, fitur-fitur kecil, yang bisa memberikan ‘added-value’ supaya produknya tetap laku. Kalau dia dibuat komersial gak bisa,” kata dia.
Arie mengaku, pengembangan Gun Ship tersebut menggunakan dana PT DI. “Tidak mahal karena dikerjakan sendiri semua,” kata dia. “Kita pernah dapat PMN (penyertaan modal negara) sekitar Rp 400 miliar, itu yang kita gunakan. Tidak hanya untuk Gun Ship tapi juga untuk yang lain-lain.”
Baca berita lain soal Susi Pudjiastuti dan Dirgantara Indonesia di Tempo.co