TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla masih optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika kembali menguat. Dia mengatakan, banyak faktor yang bisa mendorong pergerakan rupiah.
BACA: Rupiah Fluktuasi Terlalu Cepat, Ketua Kadin: Repot Bikin Planning
Menurut JK, sentimen penguatan rupiah salah satunya berasal dari faktor eksternal. Kondisi ekonomi Amerika yang tak sekuat sebelumnya membuat investor mengalihkan dana mereka ke luar negeri Paman Sam.
"Mudah-mudahan Bank Sentral Amerika, The Fed, tidak lagi menaikan bunganya. Kalau tidak menaikan bunganya maka (rupiah) cenderung akan stabil. Maka orang akan investasi lagi," ujar JK di kantornya, Jakarta, Selasa, 8 Januari 2019.
JK menuturkan masuknya investasi asing ke Indonesia tak hanya didorong kondisi ekonomi Amerika. Di dalam negeri, terjadi kenaikan suku bunga hingga 6 persen dalam enam bulan terakhir. Kenaikan itu menarik investor yang sebelumnya keluar untuk kembali menanamkan modalnya.
BACA: Rupiah Menguat, Chatib Basri Beri Warning untuk Pemerintah
JK menuturkan, pemerintah akan terus menjaga sentimen positif yang sudah berlangsung dengan mengatur defisit perdagangan dan anggaran. "Mudah-mudahan nanti bisa turun lagi (nilai tukar dolarnya)," kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan masih ada ruang untuk penguatan rupiah lebih lanjut. Meskipun menurut dia, ruang tersebut tidak terlalu banyak. Keyakinan itu datang lantaran Darmin menilai nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika saat ini masih murah atau undervalue. "Masih sedikit (undervalue)," katanya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 7 Januari 2019.
Rupiah tercatat menguat dalam perdagangan kemarin. Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terapresiasi 245 poin. Nilainya menguat dari Rp 14.305 di perdagangan sebelumnya menjadi Rp 14.105.
Namun rupiah ditutup melemah di level Rp 14.148 per dolar Amerika hari ini. Nilainya melemah 65 poin atau 0,46 persen.