TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berujar pemerintah bakal menyisir hal-hal yang menghambat dan mempersulit ekspor. Selain itu, pemerintah juga mengkaji langkah untuk meningkatkan kinerja ekspor Indonesia.
Simak: Darmin Nasution Lantik Tiga Pimpinan Badan Pengusahaan Batam
"Kita telusuri apalagi yang harus dibenahi agar mengekspor mudah. Tidak perlu ada hal yang tidak wajib tapi dibebankan," ujar Darmin di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa, 8 Januari 2019.
Sebagai contohnya, Darmin mengatakan ke depan perlu ada perusahaan surveyor untuk memastikan kualitas dan kuantitas produk yang akan diekspor. Sehingga, persoalan pemeriksaan kualitas nantinya bisa selesai hanya di pabrik saja.
"Jangan lah mau ekspor lalu lalu perlu diaudit lagi, selesaikan saja di pabriknya kalau sudah ada standarnya, jangan diulang-ulang," ujar Darmin. Hal tersebut, menurut Darmin bisa mengurangi beban ekspor. "Kelihatan sederhana tapi membebani juga."
Darmin mengatakan selama ini dalam urusan ekspor impor pemerintah tidak pernah mengotak-atik urusan ekspor. Pemerintah lebih banyak membenahi perkara impor. "Sekarang, kami dapati bahwa ini ternyata tidak benar, karena kalau itu (ekspor) diselesaikan bisa menjadi solusi jangka pendek untuk mendorong ekspor," kata dia.
Indonesia memang tengah dihadapkan dengan persoalan pertumbuhan ekspor yang tidak setinggi pertumbuhan impor. Hal ini menjadi salah satu penyebab melebarnya defisit transaksi berjalan Indonesia pada tahun lalu.
Untuk memacu ekspor, Darmin juga menyebut pentingnya Indonesia merancang industri. Ia menilai Indonesia belum bisa merespons peluang saat nilai rupiah mengalami tekanan tahun lalu. Padahal, depresiasi rupiah dapat menjadi peluang bagus bagi ekspor Indonesia.
"Industrinya belum mencapai kinerja cukup baik untuk merespons," kata Darmin. "Mestinya begitu ada kesempatan ekspor, dia ekspor."
Sebelumnya pemerintah menyatakan akan memberikan insentif lima sektor industri yang memiliki kontribusi terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) nasional dan ekspor pada tahun depan. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berharap genjotan industri pengolahan ini dapat memperbaiki neraca perdagangan yang masih defisit sebesar US$ 7,5 miliar hingga November lalu.
CAESAR AKBAR | LARISSA HUDA