TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terpantau paling perkasa di antara nilai tukar negara-negara Asia. Pada pagi hari ini, rupiah mengalami penguatan tertinggi terhadap dolar Amerika Serikat dibanding negara-negara lain di Asia.
Baca: Kembali Menguat, Kurs Rupiah Sentuh Level 14.178 per Dolar AS
Berdasarkan pantauan Tempo melalui RTI Business pada Senin pagi, 7 Januari 2019 pukul 10.19 WIB, nilai tukar rupiah telah berada di level Rp 14.090 per dolar AS. Artinya, rupiah menguat sebesar 180 poin atau 1,26 persen ketimbang saat dibuka di level Rp 14.270 per dolar AS.
Penguatan memang terjadi juga untuk mata uang Asia lainnya. Namun, besar penguatan itu belum ada yang melampaui penguatan rupiah. Misalnya saja nilai tukar bath Thailand yang menguat 0,47 persen menjadi 31,95 per dolar AS. Yuan Cina juga menguat sebesar 0,45 persen menjadi 6,85 per dolar AS setelah dibuka di level 6,88 per dolar AS.
Penguatan juga terjadi pada dolar Singapura, dengan mencapai 1,3 572 per dolar Amerika. Angka tersebut menguat 0,0014 poin atau sekitar 0,10 persen dibanding saat dibuka di level 1,3588. Selain itu, dolar Taiwan juga mengalami apresiasi sebesar 0,18 persen ke level 30,800 per dolar AS. Adapun yen Jepang mengalami penguatan 0,28 persen ke level 108,14 per dolar AS
Beberapa mata uang Asia yang mengalami terpantau mengalami depresiasi adalah won Korea dengan mencapai 1119,5 per dolar AS atau melemah sebesar 0,29 persen. Pelemahan tipis juga terjadi pada dolar Hong Kong sebesar 0,0001 poin ke level 7,8354 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan penguatan rupiah di antaranya karena dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama dunia. Hal ini dipicu oleh pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang cenderung untuk menunda kenaikan suku bunga atau melakukan kebijakan moneter longgar (dovish).
"The Fed menyatakan lebih bersabar dalam menaikkan tingkat suku bunganya tahun ini dan lebih melihat arah pergerakan ekonomi Amerika Serikat sebelum mengambil keputusan untuk menaikkan tingkat suku bunga," kata Mikail.
Baca: Akhir Pekan Pertama 2019, Rupiah dan IHSG Ditutup Menguat
Selain itu, menurut Mikail, ada kemungkinan perundingan perdagangan antara Amerika Serikat-China pada 7-8 Januari di Beijing, turut menjadi faktor negatif bagi dolar AS. "Rupiah mendapatkan sentimen positif dari pelemahan dolar AS di pasar global itu," katanya.
ANTARA