TEMPO.CO, Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini. Rapat tersebut memaparkan kinerja keuangan Bank BRI hingga Triwulan III 2018 serta perubahan pengurus perseroan.
Baca: BRI Tertarik Bekerja Sama dengan Alipay dan WeChat Pay
Direktur Konsumer BRI, Handayani, mengatakan, hingga triwulan III 2018, BRI secara konsolidasi berhasil mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 23,55 triliun. Angka itu meningkat 14,6 persen dibandingkan periode waktu yang sama tahun 2017.
"Perolehan laba tersebut didorong oleh tetap terjaganya pertumbuhan asset produktif yang berkualitas serta efisiensi biaya, baik biaya operasional, maupun biaya pencadangan kerugian penurunan nilai," kata Handayani di Gedung BRI 1, Jakarta, Kamis, 3 Januari 2018.
Handayani mengatakan Bank BRI mampu mencatatkan kinerja yang tumbuh positif sesuai dengan target yang ditetapkan di awal tahun. Perseroan mampu mencatatkan pertumbuhan kredit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan laba yang lebih tinggi dibanding industri. "Hal ini dikarenakan BRI tetap fokus pada segmen Bisnis Mikro dan Ritel sebagai penopang utama profitabilitas," ucapnya.
Menurut Handayani, total aset perseroan pada 30 September 2018 meningkat 13,9 persen (YoY) menjadi Rp 1.183,4 triliun. Sedangkan penyaluran kredit BRI tumbuh 16,5 persen (YoY) mencapai Rp 808,90 triliun.
BRI, kata Handayani, tetap memprioritaskan penyaluran kredit pada segmen Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Tercatat porsi kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) BRI sebesar 76,9 persen dari total kredit. "Dengan fokus pada segmen UMKM, NPL gross BRI pada Triwulan III Tahun 2018 tetap dapat terjaga di level 2,54 persen," ujar Handayani.
Baca: BRI Jelaskan Soal Blokir Jika Nasabah Tak Migrasi ke Kartu Chip
Handayani menjelaskan, level NPL itu lebih rendah dibandingkan NPL gross industri perbankan yang tercatat sebesar 2,66 persen. Adapun dana pihak ketiga BRI sebagai komponen terbesar dalam total liabilitas, mengalami kenaikan 13,3 persen dibandingkan September 2017, menjadi Rp 872,7 triliun.