TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah tipis pada Kamis, 3 Januari 2018. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah hari ini berada pada level Rp 14.474 per dolar Amerika Serikat. Angka tersebut 9 poin lebih lemah dari hari sebelumnya, Rabu, 2 Januari 2018, yang berada di level Rp 14.465 per dolar AS.
Baca juga: Shutdown Pemerintahan Amerika Serikat Untungkan Kurs Rupiah
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan sejak 27 Desember 2018. Kala itu kurs menguat 39 poin ke level Rp 14.563 per dolar AS. Setelah itu rupiah semakin perkasa dengan menguat 21 poin menjadi Rp 14.542 per solar AS pada 28 November 2018. Rupiah kian menguat kala menginjak level Rp 14.481 per dolar AS pada akhir tahun, 31 Desember 2018.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memprediksi rupiah melemah pada hari ini. Ia berujar rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 14.460 hingga Rp 14.480 per dolar AS dengan tetap dalam penjagaan Bank Indonesia.
Adapun sentimen yang mendorong pelemahan rupiah adalah melemahnya sejumlah mata uang Asia pada pembukaan perdagangan hari ini. "Pagi ini mata uang Asia Hong Kong dolar dan Singapore dolar dibuka melemah terhadap US Dolar yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah hari ini," ujar Lana dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo.
Kemarin, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berujar nilai tukar rupiah berpeluang terus menguat, lebih baik dari kondisi tahun lalu yang sempat jauh melemah terhadap kurs dolar AS. Salah satunya disebabkan sentimen positif yang hadir pasca ditutupnya sebagian layanan pemerintahan Donald Trump (government shutdown) sejak 22 Desember lalu. Setelah kemenangan pihak oposisi, Partai Demokrat di pemilu sela AS beberapa waktu lalu, pengambilan keputusan terkait kebijakan Trump di parlemen tak lagi semulus sebelumnya.
“Memang sekarang Partai Demokrat yang mendominasi lower house, dan pembahasan budget harus disetujui oleh lower house, salah satu dampaknya kemarin permohonan dari Trump untuk menambah budget pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko tidak disetujui,” ujar Perry, di Jakarta, Rabu 2 Januari 2019. Menurut dia, dengan kondisi seperti saat ini, kebijakan fiskal AS diprediksi tak akan seekspansif sebelumnya.
Hal itu berbeda dengan kondisi 2018 lalu, ketika kubu Trump, Partai Republik mendominasi parlemen maupun pemerintahan federal, sehingga kebijakan fiskalnya dengan mudah disetujui. “Ekonomi AS di 2018 itu sudah tumbuh di atas output potensialnya akibat stimulus fiskal yang menyebabkan defisit fiskal membengkak, sehingga suku bunga AS naik sangat tinggi dan membuat ketidakpastian global,” katanya.
GHOIDA RAHMAH