TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama sekaligus pendiri PT Jababeka Tbk Setyono Djuandi Darmono menyampaikan sejumlah bantuan yang masuk ke perusahaannya untuk para korban tsunami di Banten dan Lampung. Jababeka, melalui anak usahanya, PT Banten West Java, merupakan pengelola dari Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Tanjung Lesung, di pesisir barat Kabupaten Pandeglang, Banten, yang ikut terkena terjangan gelombang tsunami.
Baca: Tsunami, Kementerian Agraria Cium Adanya Pelanggaran Tata Ruang
Salah satu bantuan datang dari Longlife Holding Co Ltd, salah satu perusahaan asal Osaka, Jepang yang bergerak di bidang jasa layanan perawatan. "Barusan masuk sebesar US$ 10 ribu (setara Rp 144 juta)," kata Darmono usai menghadiri acara doa bersama untuk korban tsunami di Menara Batavia, Jakarta Pusat, Rabu, 2 Januari 2018.
Bantuan ini, kata Darmono, langsung diberikan oleh Endo Masakazu, presiden dari Longlife Holding Co Ltd. Perusahaan ini, kata Darmono, merupakan mitra bisnis dari Jababeka dalam bisnis perumahan bagi para lansia di Cikarang, Jawa Barat. Kedua perusahaan telah bermitra selama 5 tahun lamanya sejak 2013.
Sebelumnya, tsunami akibat longsoran erupsi Gunung Krakatau di Selat Sunda terjadi pada Jumat, 22 Desember 2018. Bencana ini berdampak pada pesisir barat Banten serta Lampung Selatan. Dalam rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB per tanggal 2 Januari 2018, jumlah korban meninggal bertambah menjadi 437 jiwa. Selain itu, 14.075 orang menjadi korban luka-luka, 10 orang masih hilang, dan 39.923 jiwa mengungsi.
Baca Juga:
Selain dari Longlife Holding, Jababeka juga membuka rekening untuk menampung sumbangan dari pegawai mereka sendiri dan masyarakat umum. Uang sebanyak Rp 320 juta telah dikumpulkan dan Rp 200 juta-nya telah disalurkan kepada lembaga seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Palang Merah Indonesia (PMI).
Baca: Rumah Sementara Korban Tsunami akan Dibangun di Pandeglang
Kemudian, lembaga pendidikan swasta milik Jababeka, yaitu Univesitas Presiden juga memberikan beasiswa kepada anak-anak dari 14 orang pegawai PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN. 14 orang ini merupakan peserta family gathering PLN yang jadi korban bencana tsunami Banten dan Lampung.