TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama sekaligus pendiri PT Jababeka Tbk. Setyono Djuandi Darmono mengatakan, usai terjadinya tsunami Selat Sunda beberapa waktu lalu, aktivitas bisnis pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Tanjung Lesung mulai berangsur pulih. Sejumlah hotel di sana pun sudah mulai menerima tamu.
Baca: Tsunami, Kementerian Agraria Cium Adanya Pelanggaran Tata Ruang
"Meski tentu masih seadanya," kata Setyono usai menghadiri acara doa bersama untuk korban tsunami di Menara Batavia, Jakarta Pusat, Rabu, 2 Januari 2018. Jababeka, melalui anak usahanya, PT Banten West Java, merupakan pengelola KEK Tanjung Lesung, di pesisir barat Kabupaten Pandeglang, Banten, yang ikut terkena terjangan gelombang tsunami.
Hotel-hotel di sana, kata Darmono, mulai beroperasi untuk menyasar segmen pengunjung tertentu. Contohnya, turis yang datang untuk melihat dampak bencana tsunami hingga turis yang datang untuk melakukan riset dan studi. Bahkan, tiga hari usai kejadian pun, tiga orang relawan asing langsung datang dan menginap untuk membantu menjalankan bantuan escavator dari Australia.
Sebelumnya, tsunami akibat longsoran erupsi Gunung Krakatau di Selat Sunda terjadi pada Jumat, 22 Desember 2018. Bencana ini berdampak pada pesisir barat Banten serta Lampung Selatan.
Dalam rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB per tanggal 2 Januari 2018, jumlah korban meninggal bertambah menjadi 437 jiwa. Selain itu, 14.075 orang menjadi korban luka-luka, 10 orang masih hilang, dan 39.923 jiwa mengungsi.
Bagaimanapun, kata Darmono, Jababeka harus tetap mempekerjakan karyawan mereka di sana. Di sisi lain, Jababeka, melalui Banten West Java, merupakan pembayar pajak terbesar di Pandeglang. Sehingga, menurut dia, kalau hotel tidak segera beroperasi, maka anggaran daerah Pandeglang juga dikhawatirkan mengalami kesulitan.
Baca: Tsunami di Selat Sunda Sudah 12 Kali Terjadi Sejak 416
Saat ini, Jababeka ikut membantu pembersihan puing-puing akibat bencana di kawasan terdampak tsunami. KEK Tanjung Lesung memiliki luas 1.500 ha (hektare) dan 158 ha di antaranya sudah dibangun. Dari 158 ha ini, hanya 8 ha saja yang mengalami kerusakan. "Kami masih bersihkan dan diharapkan, pertengahan Januari hotel-hotel sudah bisa operasional dengan normal," kata Darmono.