TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman Zainal mengatakan posisi Investasi Internasional atau PII Indonesia pada triwulan III 2018 relatif stabil. PII Indonesia pada akhir triwulan III 2018 mencatat neto kewajiban sebesar US$ 297,0 miliar atau 28,5 persen terhadap PDB, relatif sama dengan posisi neto kewajiban pada akhir triwulan sebelumnya.
BACA: Grab Yakin Investasi Tahap Akhir di 2018 Capai USD 3 Miliar
"Perkembangan tersebut sejalan dengan peningkatan posisi kewajiban finansial luar negeri atau KFLN yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan posisi aset finansial luar negeri atau AFLN," kata Agusman dalam keterangan tertulis, Kamis, 27 Desember 2018.
Menurut dia, posisi KFLN Indonesia meningkat sejalan dengan masuknya aliran modal asing. Pada akhir triwulan III 2018, posisi KFLN naik US$ 1,6 miliar atau 0,3 persen (qtq) menjadi US$ 633,6 miliar. Peningkatan posisi KFLN tersebut didorong oleh masuknya aliran modal asing, terutama dalam bentuk investasi langsung dan investasi lainnya.
BACA: 3 Manfaat Menabung dan Berinvestasi sejak Muda
Perkembangan ini, kata Agusman, merupakan cerminan optimisme terhadap kinerja ekonomi domestik. "Peningkatan posisi KFLN lebih lanjut tertahan oleh faktor penguatan dolar AS terhadap rupiah yang berdampak pada penurunan nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah," ujarnya.
Agusman mengatakan posisi Aset Finansial Luar Negeri Indonesia meningkat terutama didorong oleh transaksi perolehan AFLN dalam bentuk investasi lainnya. Posisi AFLN pada akhir triwulan III 2018 naik 0,5 persen (qtq) atau US$ 1,5 miliar menjadi US$ 336,6 miliar. Selain investasi lainnya, peningkatan posisi AFLN juga ditopang oleh transaksi perolehan aset investasi langsung dan investasi portofolio.
"Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan III 2018 masih tetap sehat," kata Agusman.
Hal itu tercermin dari rasio neto kewajiban PII Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto atau PDB yang relatif stabil di kisaran rerata negara peers sekitar 29 persen. Di samping itu, kata Agusman, struktur neto kewajiban PII Indonesia juga didominasi instrumen berjangka panjang. Meski demikian, Bank Indonesia akan tetap mewaspadai risiko neto kewajiban PII terhadap perekonomian.
"Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan semakin baik sejalan dengan terjaganya stabilitas perekonomian dan berlanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia didukung oleh konsistensi dan sinergi bauran kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan reformasi struktural," ujar Agusman.
Baca berita tentang investasi lainnya di Tempo.co.