TEMPO.CO, Jakarta -Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat sebesar 23 poin ke posisi Rp 14.568 dibandingkan sebelumnya Rp 14.591 per dolar AS, Kamis sore, 27 Desember 2018.
BACA: Ekonomi AS Melesu, Rupiah Menguat ke 14.564 per Dolar AS
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova mengatakan aset berdenominasi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah kembali diminati oleh pelaku pasar sehingga mengalami apresiasi.
"Rupiah masih bertahan di area positif seiring adanya potensi perlambatan ekonomi di Amerika Serikat akibat 'shutdown' pemerintahan. Situasi itu membuat pelaku pasar uang mengalihkan dananya ke pasar negara berkembang," ujarnya.
Dari dalam negeri, ia menambahkan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward atau DNDF yang meningkat turut menjadi faktor yang menopang rupiah. "Peningkatan transaksi DNDF itu dapat membantu stabilitas nilai tukar rupiah," katanya.
BACA: Kurs Rupiah Melemah ke 14.599 per Dolar AS Usai Libur Natal
Ia optimistis stabilitas nilai tukar rupiah akan terjaga hingga 2019 mendatang mengingat fundamental ekonomi nasional Indonesia masih kondusif.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan dolar AS tertekan seiring dengan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS yang berdampak pada penurunan imbal hasil obligasi AS."Penurunan imbal hasil menjadi salah satu pemicu tekanan terhadap dolar AS," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis ini, 27 Desember 2018, tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp 14.563 dibanding sebelumnya pada 26 Desember 2018 di posisi Rp 14.602 per dolar AS.