Rangkaian LRT Palembang melintas di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Senin, 23 Juli 2018. Selain itu, pengerjaan proyek dua jembatan Musi, Musi IV dan Musi VI, dua jembatan layang Keramasan, serta simpang Bandara SMB II, dikebut. Jembatan Ampera, yang merupakan ikon kota empek-empek tersebut, juga dipercantik. ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
2. LRT PALEMBANG
Pada 23 Juli 2018, dua rangkaian kereta api layang ringan atau Light Rail Transit Palembang resmi beroperasi secara terbatas. Saat beroperasi tahap awal, kereta berangkat dari Stasiun DJKA Jakabaring dengan tujuan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Kereta beroperasi di enam stasiun yaitu Stasiun DJKA, Jakabaring, Ampera Cinde, Bumi Sriwijaya, dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin. Awalnya kereta ini dipakai untuk mengangkut atlet, ofisial, serta masyarakat umum untuk Asian Games 2018.
LRT sempat beroperasi hingga pukul 22.00 WIB. Namun, per 2 Desember 2018, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre III Palembang membatasi waktu operasional kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Sumatra Selatan menjadi pukul 05.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. Pembatasan waktu operasional dilakukan sebagai evaluasi penyempurnaan prasarana untuk kebutuhan uji coba peralatan persinyalan dan penyelesaian pekerjaan.
Sejak beroperasi pada 23 Juli hingga 29 November 2018, KAI mencatat sekitar 729 ribu penumpang sudah menggunakan LRT.
3. BLOK ROKAN
Pada 1 Agustus 2018, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memutuskan menyerahkan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina mulai 2021 sampai 2041. Sebelumnya, Blok Rokan dikelola PT Chevron Pacific Indonesia sekitar 94 tahun. Menurut Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Pertamina dipilih karena empat dasar pertimbangan yang diambil setelah mengevaluasi proposal yang diajukan: signature bonus, komitmen kerja pasti, potensi pendapatan negara, dan diskresi Menteri ESDM.
Pertamina harus menginvestasikan sekitar US$ 70 miliar atau Rp 1.008 triliun selama 20 tahun mengelola Rokan. Arcandra meminta produksi bisa tetap dipertahankan pada level rata-rata saat ini sekitar 200 ribu barel per hari dan gas 24,26 MMSCFD. Berdasarkan data dari Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sampai April 2018 tercatat produksi minyak di blok Rokan mencapai 210.280,60 BOPD, dan produksi gas-nya sebesar 24,26 MMSCFD.
PT Chevron Pacific Indonesia menyatakan kekecewaan karena pemerintah Indonesia tidak memperpanjang kontrak mengelola Blok Rokan. Namun, juru bicara Chevron Pacific Indonesia, Danya Dewanti, mengatakan Chevron bangga sudah hampir satu abad mendapat kepercayaan dari pemerintah Indonesia.