TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pengusaha hotel menyebutkan terjadi penurunan tingkat keterisian hotel usai bencana alam dan tsunami Selat Sunda. Ketua Harian Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Banten Ashok Kumar menuturkan okupansi hotel di Anyer dan sekitarnya pada liburan Natal dan Tahun Baru turun sekitar 10 persen. Sebelumnya angka okupansi mencapai 80-90 persen.
Baca: Tsunami, BNPB: Pemda Harus Patuhi Tata Ruang
Ashok menyebutkan penurunan okupansi ini akibat adanya pembatalan dan penundaan atau ganti hari menginap akibat tsunami yang menerjang Banten pada Sabtu pekan lalu. Sedikitnya, kata dia, 20 hotel mengalami kerusakan baik ringan maupun berat yang terletak di pesisir pantai Carita dan Tanjung Lesung.
"Kami meyakinkan tamu-tamu bahwa memang sudah dilakukan perbaikan dan kondisinya seperti ini. Kerugian mencapai Rp 5 miliar," ujar Ashok, Selasa, 25 Desember 2018.
Sementara itu, Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Azril Azahari mengatakan kondisi pariwisata Indonesia memang sangat terpengaruh dengan bencana Tanah Air. "Di tahun ini sendiri banyak terjadinya bencana memang berpengaruh pada kondisi pariwisata Indonesia," katanya
Indonesia perlu memiliki mitigasi bencana agar meminimalisir dampak ke pariwisata. Selain itu, Indonesia perlu memiliki jalur evakuasi yang jelas di setiap tempat pariwisatanya. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang rawan terjadinya bencana alam terutama gunung meletus.
"Memang Indonesia punya wisata yang bagus tapi dibalik itu perlu ada mitigasi bencana yang baik. Adanya 3 negara yang telah memberikan travel advice akibat bencana kemarin yakni Inggris, Kanada dan Australia berdampak pariwisata Indonesia ke depannya," tutur Azril.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan salah satu faktor penyebab tak tercapainya target wisman pada tahun ini yakni hanya sekitar 16,2 juta dari target 17 juta kunjungan. Bencana Gempa yang terjadi di Lombok berdampak pada berkurangnya wisman ke Indonesia setiap bulannya sebanyak 100.000 kunjungan.
Baca: Dihantam Tsunami, Tanjung Lesung Beroperasi Lagi Mulai 1 Januari
"Dari Agustus hingga kini, kehilangan 500.000 wisman akibat gempa Lombok. Di samping ada faktor lain seperti jatuhnya Lion, zero dollar tour, tenggelamnya kapal di Danau Toba, dan lain sebagainya," katanya.
BISNIS