Selain itu, kata Rhenald, ada kepentingan domestik dengan global value chain yang rumit sekali. "Sudah begitu sukses ini, ada dampak politisnya. Pantaslah jika cukup mengundang' opini."
Rhenald mengaku bisa memahami masalah Freeport karena berulang kali telah melakukan riset dan bahkan pernah menginjakkan kakinya di lokasi tambang tersebut serta melihat langsung kondisi di sana. "Maka kita jadi tahu bahwa ada perbedaan antara Bumi dan kekayaan alam yg terkandung di dalamnya yang memang milik kita dengan perusahaan tambang yang bernama Freeport dan bukan milik kita," ucapnya.
Dari pengamatannya itu, Rhenald menjelaskan, selama ini bangsa Indonesia tak pernah benar-benar mendirikan perusahaan bernama PT Freeport Indonesia. "Juga tak pernah taruh uang di perusahaan itu sehingga kita punya saham. Jadi kalau Freeport diusir atau berakhir (2021) yg kembali ke pangkuan kita ya cuma buminya saja, tanahnya. Gitu saja," tuturnya.
Setelah kontrak karya itu berakhir, kata Rhenald, artinya eksploitasi tambang yang dilakukan harus menggunakan uang dari negara. "Lalu untuk eksploitasinya kita harus tanam modal juga bukan? Artinya keluar duit lagi, bukan?"
Begitu Freeport tak lagi menangani tambang itu, Rhenald menjelaskan, aset-aset, mesin-mesin, para tenaga ahli hingga jaringan bisnis akan diangkut balik ke Amerika Serikat. "Lha punya mereka, kan? Mengangkatnya tidak sulit. Wong itu global company, yang punya tambang di manca negara," ucapnya.
Rhenald mencontohkan, Freeport menguasai teknologi tingkat tinggi dengan kemampuan riset di bidang pertambangan yang luar biasa. "Untuk eksploitasi tambangnya, butuh alat-alat berat yang tak pernah kita lihat di Pulau Jawa sekalipun," katanya.
Bahkan, kata Rhenald, kendaraan untuk membawa pegawainya ke area tambang pun harus yang berkapasitas mesin tinggi yang berkisar 3.000-5.000 CC. "Juga harus antipeluru karena sering didor penembak liar. Atau pakai heli Puma yang harganya triliunan rupiah."
Baca: Inalum: Tak Ada yang Digadaikan dalam Pembelian Saham Freeport
Oleh karena itu Rhenald menyebutkan pentingnya divestasi PT Freeport Indonesia, bukan hanya menguasai sumber daya alam di bawahnya, tapi teknologinya, modal-modalnya, jaringan pemasarannya, cara menambang skala besar dan seterusnya. "Itulah maka kita minta mereka divestasi," ucapnya. Pekerjaan rumah berikutnya adalah menjadikan anak perusahaan BUMN yang sehat agar kelat bisa melanjutkan pertambangan kelas dunia itu.
BISNIS