TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal akhir 2018 diprediksi tidak akan mencapai 5,2% karena performa ekspor yang mengecewakan. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan pertumbuhan kuartal IV/2018 probabilitasnya tidak ke arah 5,2%.
Baca juga: BI Diprediksi Ikuti Langkah The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan
"Namun, jelas masih di atas 5% sehingga keseluruhan tahun 2018 masih diperkirakan 5,1%," papar Perry, Jumat 21 Desember 2018.
Perry menghimbau agar semua pihak tidak hanya melihat agregat dari pertumbuhan ekonomi ini. Dia berharap komposisi pertumbuhannya dapat disoroti. Pasalnya, pertumbuhan 5,1% ini ditopang oleh peningkatan pertumbuhan permintaan domestik.
Seperti diketahui, perhitungan PDB terdiri dari permintaan domestik dan eksternal. Menurut Perry, permintaan domestik yang terdiri dari konsumsi dan investasi cukup tinggi mencapai 5,5% pada tahun ini. Investasi tetap kuat didorong proyek infrastruktur pemerintah sedangkan investasi nonbangunan melambat dipengaruhi perkembangan sektor manufaktur dan pertambangan.
Sayangnya, permintaan eksternal yang tercermin dari net ekspor masih negatif jika dikurangi oleh impor.
Secara keseluruhan, Perry melihat pertumbuhan ekspor 6% sebenarnya masih cukup baik. Hanya saja, harga komoditas seperti minyak kelapa sawit dan batubara mengalami penurunan akibat pertumbuhan China yang melambat sehingga mempengaruhi permintaan.
Di sisi lain, Bank Indonesia masih melihat ekspor manufaktur cukup tinggi, terutama ekspor ke AS dan negara lain.