TEMPO.CO, Jakarta - Dua operator bandara pelat merah, PT Angkasa Pura I (persero) dan PT Angkasa Pura II (persero) mulai melebarkan bisnis ke dunia internasional. Perseroan pun mengincar proyek asing yang diproyeksi menguntungkan.
Baca juga: Angkasa Pura II Turunkan Belanja Modal 2019 Hingga 41,1 Persen
PT Angkasa Pura II, usai bergabung dalam perusahaan patungan, kini mengikuti lelang pengelolaan Bandara Internasional Clark yang berada tak jauh dari Manila, Filipina. Public Relation Manager Angkasa Pura II, Yado Yarismano, menyatakan perseroan tengah melebarkan jaringan bisnis. "Pertimbangan kami, bisnisnya harus mengikuti traffic dan pergerakan penumpang," katanya kepada Tempo, Senin 17 Desember 2018.
Volume penumpang bandara tersebut diketahui masih berkisar 2 juta orang per tahun dari kapasitas total. Namun, potensi omzet dari pengelolaan dan penambahan terminal tersebut mencapai Rp 15 triliun, dengan hitungan konsesi selama 25 tahun.
Konsorsium pengelolaan Bandara Clark yang diikuti Angkasa Pura II juga diikuti perusahaan swasta asal Filipina, juga operator pesawat AirAsia. Pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Banten itu memegang kepemilikan harus menyetor dana sebesar Rp 350 miliar, dengan kepemilikan saham 35 persen. Adapun investasi konsorsium untuk pengembangan Bandara Clark dibatasi maksimal 40 persen, karena adanya aturan terkait porsi investasi oleh Pemerintah Filipina.
Yado mengatakan perusahaannya pun melirik proyek pengelolaan bandara di Thailand. "Ada kemungkinan (ekspansi ke Thailand), kami masih mempelajarinya," ucap dia tanpa merincikan bandara yang dimaksud.
Adapun Direktur Pengembangan Usaha PT Angkasa Pura I (persero), Sardjono Jhony Tjitrokusumo, menyatakan ketertarikan perusahaannya pada Bandara Internasional U-Tapao yang berjarak kira-kira 90 mil di tenggara Bangkok, Thailand. Menurut dia, bandara berkapasitas 3,7 juta penumpang itu berada di zona pasar yang menjanjikan. Ukurannya pun identik dengan Bandara Lombok di Praya, Nusa Tenggara Barat, yang sudah lama ditangani Angkasa Pura I.
"Kami sedang menghitung dan mempertimbangkan untuk berekspansi ke situ," katanya kepada Tempo.
Ekspansi ke proyek asing, kata Jhony, sangat memungkinkan bagi Angkasa Pura I yang tengah mengembangkan aset. "Tahun depan kami ingin ada lompatan bisnis, demi mengejar target revenue (penghasilan) hingga Rp 24,6 triliun pada 2023," katanya.
Vice President Corporate Secretary Angkasa Pura I, Handy Heryudhitiawan, mengatakan nilai tambah dari proyek asing bisa menguntungkan perseroan. Namun, proyek dalam negeri masih menjadi yang utama. "Dengan sumber data yang ada kami mampu bersaing. Tapi, ada skala prioritas untuk mana yang ingin diselesaikan dahulu."
YOHANES PASKALIS PAE DALE | FAJAR PEBRIANTO