TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menargetkan 18 kawasan industri di luar Jawa dapat beroperasi pada Tahun 2019. Saat ini, ada delapan kawasan industri yang sedang dalam tahap konstruksi dan sepuluh dalam tahap perencanaan.
Baca juga: Kemenperin Dorong Sektor Manufaktur Bangun Industri Hijau
“Sampai November 2018, telah beroperasi 10 kawasan industri yang termasuk proyek strategis nasional (PSN),” kata Airlangga dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 17 Desember 2018. Sepuluh kawasan industri tersebut berlokasi antara lain di Morowali, Bantaeng, Konawe, Palu, Sei Mangkei, Dumai, Ketapang, Gresik, Kendal, dan Banten.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN, Airlangga mengatakan terdapat 23 kawasan industri yang ditetapkan sebagai PSN. Sebanyak 18 kawasan industri yang tengah dikebut pembangunannya sehingga diharapkan bisa selesai pada tahun depan.
Antara lain yaitu di Lhoukseumawe, Ladong, Medan, Tanjung Buton, Landak, Maloy, Tanah Kuning, dan Bitung. Delapan kawasan industri ini yang sedang tahap konstruksi.
Sementara itu, sepuluh kawasan industri yang masih tahap perencanaan adalah di Kuala Tanjung, Kemingking, Tanjung Api-api, Gandus, Tanjung Jabung, Tanggamus, Batulicin, Jorong, Buli dan Teluk Bintuni. “Kami memproyeksi nantinya terjadi peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas di luar Jawa sebesar 60 persen dibanding di Jawa,” kata Airlangga.
Airlangga mengatakan kawasan industri di Jawa akan difokuskan pada pengembangan jenis industri tertentu. Sedangkan, pengembangan kawasan industri baru di luar Jawa diarahkan pada industri berbasis sumber daya alam dan pengolahan mineral.
“Misalnya di Sei Mangkei dan Kuala Tanjung akan menjadi klaster pengembangan industri berbasis agro dan aluminium karena di sana ada Inalum dan industri pengolah CPO,” ujar Airlangga. Ia menyebut langkah ini juga adalah cara untuk memacu hilirisasi industri. “Seperti Inalum sudah memproduksi aluminium alloy yang bisa digunakan sektor otomotif untuk blok mesin."
Upaya strategis tersebut, menurut Politikus Golkar itu diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri sehingga dapat mensubstitusi produk impor, meningkatkan penerimaan devisa dari hasil ekspor, dan melengkapi rantai pasok manufaktur di Indonesia. Selain itu mampu memperdalam struktur industri di Indonesia.
Airlangga mengambil contoh di Morowali. Kata dia, Indonesia berhasil melakukan hilirisasi terhadap nickel ore menjadi stainless steel. Imbasnya ada pertambahan nilai, dari nickel ore yang dijual sekitar US$ 40-60 per ton menjadi stainless steel yang harganya di atas US$ 2.000 per ton. "Kita sudah mampu ekspor dari Morowali senilai US$ 4 miliar, baik itu hot rolled coil maupun cold rolled coil ke Amerka Serikat dan China,” kata dia.
Hingga November 2018, realisasi investasi sektor industri mencapai Rp70,8 triliun atau 27,72 persen dari seluruh penanaman modal di Indonesia. Sementara, pada semester I-2018, jumlah tenaga kerja di sektor industri sudah memebus angka 17,92 juta orang.